Yesus datang bagi semua orang. Ia menerima siapa saja dan dari mana saja. Yesus tidak pernah melihat status atau kedudukan seseorang atau dari kalangan mana mereka berasal. Orang kaya, miskin, sakit, sehat, saleh, dosa, hina, terhormat, orang asing atau pribumi memiliki peluang yang sama untuk mendapatkan rahmat-Nya.
Maka siapa saja boleh berharap kepada-Nya. Kasih Yesus itu juga tidak bersyarat dan tanpa pamrih.
Saudara, Orang-orang Israel sering meremehkan bangsa lain. Mereka merasa diri sebagai bangsa pilihan Allah. Salah satu bangsa yang diremehkan adalah Siro-Fenesia. Pada masa Yesus berkaya, bangsa Siro-Fenesia terkenal karena mereka mampu mengekspor pewarna kerang Murex, yang berwarna ungu, dan digunakan untuk memberi warna jubah para bangsawan. Dari sisi peradaban lain, seperti sastra dan politik, mereka lebih maju ketimbang orang-orang Yahudi. Namun, bangsa Yahudi sering melecehkan mereka karena dianggap bukan bangsa pilihan Allah. Bahkan bangsa ini kerap menyebut bangsa Siro-Fenesia dengan sebutan anjing.
Injil Markus 7:24-30 menceritakan seorang perempuan dari bangsa Yunani Siro-Fenesia yang datang pada Yesus dan memohon kepada-Nya agar mengusir setan dari tubuh anaknya (26). Yesus, yang hidup di sekitar orang-orang Yahudi, tampak menunjukkan sikap seperti orang-orang Yahudi lainnya di hadapan perempuan tersebut (27). Yesus mengatakan bahwa Ia diutus untuk orang-orang Yahudi. Orang-orang Yahudi disebut sebagai anak-anak Allah dan bangsa lain bukan. Namun, perempuan itu tidak menyerah. Dengan gigih, ia berjuang agar anaknya pulih. Ia merendahkan hati di hadapan Yesus dengan berkata, “Benar Tuhan, Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak” (28).
Apakah Yesus sudah berlaku rasis dan merendahkan martabat perempuan itu? Sebenarnya Ia bermaksud melihat iman perempuan itu. Ibu itu adalah seorang dari bangsa lain yang maju peradabannya, namun memohon belas kasih Yesus dan sahabat-sahabat-Nya yang adalah orang Yahudi. Ia tidak merasa direndahkan, meski orang Yahudi merendahkannya. Bukti bahwa Yesus tidak rasis adalah didapatinya anak perempuan itu berbaring di tempat tidur dan setan sudah keluar dari tubuh anak itu (30). Yesus menerima dan sangat mengasihi perempuan ini.
Saudara, bacaan hari ini menggariskan betapa besarnya cinta Tuhan kepada kita. Tidak ada lagi keraguan akan pertolongan Tuhan kepada kita. Bagaimana dengan kita? Beranikah kita bersikap baik kepada siapa pun dan dari mana pun? Mampukah kita menjadi rezeki keselamatan bagi mereka? Tiadakah orang yang kita pandang hina, asing , berdosa, atau miskin ? Masih terbukalah cinta walaupun riskan? Kiranya Roh Kudus memampukan kita menjadi anak-anak terang Allah yang bersiap sedia menyebarkan shalom Allah dimanapun kita berada. Amin.