Saudara yang terkasih, kasih adalah ciri khas kehidupan orang Kristen dan kasih tidak boleh hanya di bibir saja, tetapi kasih harus dinyatakan dalam perbuatan nyata. Kasih begitu berkaitan erat dengan berkorban, apakah itu berkorban pemberian, berkorban dalam bentuk perhatian, berkorban waktu, berkorban materi dan bahkan berkorban perasaan.

Kasih adalah wujud nyata dari ajaran Kristus. Segala tindakan, perkataan, pikiran harus dilandasi dengan rasa kasih, baik itu di dalam pelayanan, pekerjaan, bersosialisasi maupun di dalam hal memberikan teguran. Teguran yang disampaikan harus dibungkus dengan rasa kasih atau dengan kata lain boleh menegur tetapi masih di dalam ruangan kasih. Mengapa banyak sekali kita temukan orang yang ditegur tetapi malah akhirnya bertengkar dengan orang yang ditegurnya? Hal itu karena tidak menegur dengan kasih. Hal yang sering dijumpai di dalam media sosial yang secara sangat mudah untuk menegur dengan tanpa didasarkan kasih. Mereka menegur dengan salah dan malah cenderung meremehkan, menganiaya, memojokkan, merendahkan martabat dengan perkataan/postingan yang tidak baik.

Saudaraku yang terkasih, dari bacaan Injil Matius 18:15-20 kita diingatkan kembali melalui perkataan Tuhan Yesus mengenai bagaimana seharusnya cara yang baik menurut Tuhan Yesus ketika kita akan menegur seseorang. Pertama, kita harus menegur secara “empat mata” artinya ada proses dialog secara antar pribadi supaya tidak menjadikan batu sandungan bagi banyak orang dan orang yang ditegur tidak berkecil hati untuk berjemaat. Kedua, ketika masih dirasa sulit “bawalah seorang atau dua orang lagi” sebagai saksi atau bisa memberikan pendapat atau masukan lain. Ketiga, jika masih dirasa belum bisa untuk memberikan masukan bagi orang tersebut, bisa dibawa ke dalam forum lebih besar lagi “sampaikanlah soalnya kepada jemaat”. Keempat, ketika dirasa belum cukup dan memang dia (orang yang ditegur) tidak mau tahu atau bebal “pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.” Dari bacaan ini memberikan nasehat untuk dua pihak. Pertama, Pihak yang ditegur supaya bisa menerima teguran dengan baik serta tidak melakukan kasalahan yang sama. Kedua, pihak yang menegur supaya dapat memberikan teguran berdasarkan dengan rasa kasih serta ingin membangun orang tersebut dan sebagai wujud sikap kepedulian. Bukannya ingin menjatuhkan dan menyingkirkan orang tersebut.

Dari Tata Gereja dan Tata Laksana GKJ juga sudah mempunyai watak tentang penggembalaan atau bisa dikatakan juga menegur dengan kasih, yaitu Pastoral-Transformatif yang artinya sebuah proses penggembalaan dengan setara atau duduk bersama untuk mengubah seseorang menjadi lebih baik lagi dihadapan Tuhan. Marilah saudaraku yang terkasih, kita meneladani apa yang telah disampaikan Tuhan Yesus pada bacaan diatas. Jangan sampai disaat kita mempunyai hubungan yang tidak baik dengan orang lain karena kita tidak bisa menegur dengan kasih, padahal Tuhan Yesus sendiri mengajarkan menegur dengan kasih sebagai bentuk kepedulian kita kepada orang lain. Tuhan memberkati. Amin.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.