Tindakan memberi itu sebenarnya sesuatu yang sederhana dan mudah. Sebab seorang anak kecilpun dapat melakukannya. Namun mengapa memberi itu menjadi berat, susah dan rumit bagi kita? Pertama, berkaitan dengan motivasi dalam memberi. Banyak pemberian yang tidak menjadi berkat karena di dalamnya terselip motivasi keliru. Memberi bukan sebagai ungkapan syukur. Tetapi memberi sebagai “pancingan” untuk menerima sesuatu.
Kedua, memberi tidak menjadi berkat karena memberi bukan dengan sukacita, tetapi memberi dengan berat hati. Hati kita begitu ‘melekat’ dengan harta yang kita anggap sebagai sumber kebahagiaan kita, sehingga sulit berbagi dengan orang lain. Ketiga, memberi tidak menjadi berkat jika dilakukan hanya untuk “pamer kesalehan.” Kristus menegaskan bahwa, ketika kita dipuji orang, engkau sudah mendapat upahmu atau sudah lunas dibayar dengan uang kontan disertai kuitansi sebagai tanda bukti. Semua pemberian kita selayaknya untuk kemuliaan Tuhan.
Kisah di dalam Injil Yohanes 6: 1-21 tentang Yesus memberi makan lima ribu orang mungkin tidak lagi asing bagi kita. Perikop ini berbicara tentang Yesus memberi makan lima ribu orang, banyak orang yang mengikut Yesus, setelah Yesus banyak melakukan mujizat menyembuhkan orang sakit, mengapa Yesus bertindak demikian? Jawaban dari Filipus tadi langsung ditanggapi oleh Andreas dengan mengatakan: “Disini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?” (ayat 9).
Tanggapan ini sebenarnya sudah memperlihatkan imannya kepada Yesus, mungkin ia berpikir bisa saja sesuatu dilakukan oleh Yesus, seperti yang dilakukanNya di Kana mengubah air menjadi anggur. Namun mungkin imannya tadi masih terganggu hitung-hitungan pikiran duniawinya. Menurut Yesus orang banyak itu perlu untuk dikasihi dan mereka sangat membutuhkan diri-Nya yang sifatnya lahiriah. Yesus mengetahui maksud mereka mengikut Dia. Mereka akan memaksa Yesus untuk menjadi Raja di dunia, dan sebenarnya mereka tidak mengetahui akan maksud yang sebenarnya kehadiran Yesus sebagai Roti yang hidup dalam pengertian secara rohani. Hal ini yang tersirat juga dalam mujizat yang dilakukan oleh Yesus, dimana ia memberi makan 5000 orang hanya dengan 2 ekor ikan dan 5 keping roti, dan masih tersisa 12 bakul. Hal ini mengingatkan kita bahwa kuasa Tuhan Yesus jauh melampaui segala akal budi manusia.
Lalu apa yang menjadi panggilan bagi umat sekarang? Belajar dari Pernyataan Pemazmur yang menyatakan bahwa Tuhan itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasihNya. Dia baik bagi semua orang. Dengan dasar pengalaman iman yang seperti itu maka akan muncul dari hati yang paling dalam bagaimana memberi dengan rela hati, berdasarkan kasih. Sehingga kita memahami, mengenal rencana penyelamatan Allah sebagai pernyataan yang sempurna, untuk memuliakan nama Tuhan. Sekarang keputusan ada pada tiap-tiap diri kita, mau atau tidak mengembangkan Spiritualitas memberi.