Jika ada pertanyaan: “Siapa yang mau hidup menderita?”, sebagian besar atau mungkin semua orang akan menjawab: “Tidak mau”. Tetapi jika pertanyaannya diganti dengan “Apakah ada yang belum pernah mengalami penderitaan dan tantangan dalam kehidupan?”, maka sebagian besar akan menjawab: “Pernah.” Memang dalam hidup ini, manusia tidak lepas dari penderitaan dan tantangan. Dosa dengan segala tindakan jahatnya, menjadi salah satu hal yang telah membawa manusia dalam penderitaan. Tuhan menghendaki agar jangan kita menderita karena perbuatan jahat yang kita lakukan. Namun ada juga penderitaan yang bukan disebabkan oleh karena perbuatan jahat yang kita lakukan. Identitas sebagai anak-anak Tuhan, bisa memberikan penderitaan dan tantangan dalam kehidupan kita. Hal itu dapat kita lihat dan renungkan dalam kehidupan dan pelayanan Rasul Paulus. Dia sudah bertobat dan melakukan pelayanan dengan semangat dan setia. Namun ternyata dia juga menderita, bahkan dengan penderitaan yang sangat berat. Dia dibenci, ditangkap, dipenjarakan, disiksa, dan berhadapan dengan kematian. Kita punya pengalaman masing-masing dalam penderitaan dan tantangan sebagai anak-anak Tuhan. Bisa itu berupa penolakan, tidak mendapatkan kenaikan jabatan, dianggap aneh atau sok suci, dsb. Namun jangan sampai penderitaan dan tantangan itu membuat iman kita lemah dan larut dalam arus dunia ini.
Firman Tuhan hari ini, yang diambil dari Matius 13:24-30, 36-43 mengingatkan kepada kita bahwa kesesatan pasti akan berujung kepada kebinasaan, jikalau manusia tidak mau bertobat. Oleh karena itu, sekalipun ada penderitaan dan tantangan dalam menjalani hidup sebagai orang percaya, kita harus terus setia kepada Tuhan. Percaya bahwa Tuhan tidak membiarkan kejahatan terus merajalela. Akan tiba waktunya Tuhan menuntut pertanggungjawaban kepada kita atas apa yang kita lakukan. Tuhan juga akan menghukum setiap perbuatan jahat dalam api penghukuman. Perumpamaan tentang lalang di antara gandum yang diberikan Tuhan Yesus menyatakan kepada kita bahwa lalang itu belum akan dicabut sebelum masa panen tiba. Pencabutan lalang sebelum waktunya bisa membuat gandum juga ikut tercabut. Tetapi kelak, ketika masa panen tiba, Tuhan akan memisahkan lalang dari antara gandum dan semua lalang itu akan disatukan untuk dibakar. Sedangkan gandum akan dimasukkan ke dalam lumbung. Selain menguatkan kita untuk setia kepada Tuhan dalam menghadapi penyesatan, perumpamaan ini juga menjadi ajakan untuk kita merenungkan bagaimana nasib kita kelak? Apakah kita akan termasuk sebagai lalang yang akan dibakar atau sebagai gandum yang akan dipanen dan dimasukkan ke dalam lumbung. Kita adalah anak-anak kerajaan, orang-orang yang mendapatkan bagian sebagai ahli waris di dalam Tuhan. Oleh karena itu, jangan biarkan penderitaan atau kesusahan hidup mengikis keyakinan iman kita.