Saudara, ketika kita merayakan Bulan Keluarga, tentu kita berharap, agar bulan keluarga tidak menjadi sebuah perayaan rutin tahunan tahun. Kita berharap bulan keluarga menjadi perayaan yang mendorong kita untuk terus membangun keluarga yang bahagia kita. Mengapa? Sebab menjalani kehidupan keluarga makin lama makin tidak mudah. Kehidupan keluarga semakin hari semakin diguncang oleh berbagai persoalan. oleh karena itu, di Bulan Keluarga ini, mari kita miliki kesadaran untuk membangun keluarga dengan nilai-nilai firman Tuhan! Mari kita lihat perumpamaan Yesus dalam Injil Matius 21:33-46.

Perumpamaan ini pertama-tama berisi sindiran kepada pemimpin agama Yahudi. Penginjil menuturkan mereka tahu makna perumpamaan itu, sehingga mereka marah dan hendak menangkap Yesus (ay. 45-46).

Perumpamaan ini sendiri berisi konflik antara pemilik dan penggarap kebun anggur. Pemilik kebun anggur tentu saja berhak atas hasil panen anggurnya. Hukum Yahudi mengatur adanya sewa lahan dengan pembayaran bagi hasil. Setiap tahun tahun pemilik kebun akan mengambil hasilnya. Menariknya, dalam hukum itu diatur, jika selama 3 tahun hasil kebun tidak diambil, kebun itu menjadi milik si penggarap. Agaknya celah hukum inilah yang mau dipakai penggarap agar dapat menguasai kebun itu. Karena itu, ketika pemilik anggur mengutus sejumlah hamba untuk meminta hasil anggur. Alih-alih mendapat hasil, mereka malah dibunuh oleh para penggarap. Yesus mau membangun kesadaran mereka dengan mengingatkan pendengar pada perlakuan kejam bahkan pembunuhan yang dilakukan umat pada utusan Tuhan.
Pemilik kebun anggur digambarkan begitu sabar. Mendengar utusannya dibunuh, ia justru mengutus anaknya dengan harapan anaknya akan disegani (ay. 17). Agaknya itu yang mereka harapkan. Karena itu, justru merancang pembunuhan pada anak pemilik anggur dengan harapan mendapat warisan berupa tanah yang mereka garap itu. Mendengar laporan kematian anaknya, hilanglah kesabaran pemilik kebun anggur itu. Ia datang untuk “…membinasakan orang-orang jahat itu dan kebun anggurnya akan disewakannya kepada penggarap-penggarap lain, yang akan menyerahkan hasilnya kepadanya pada waktunya” (ay. 41).

Ketidaksadaran menghasilkan kehancuran. Mari kita bangun kesadaran hidup berkeluarga! Pertama-tama sadarilah bahwa keluarga adalah anugerah Tuhan. Karena keluarga adalah anugerah Tuhan maka rawatlah dengan baik. Apa yang berharga tentu kita rawat dengan baik bukan? Keluarga perlu kita rawat agar keluarga kita jangan sampai menjadi seperti kebun anggur yang berbuah asam.

Kesadaran apa yang dibutuhkan untuk membangun keluarga bahagia? Setidaknya ada 2 hal yang perlu kita ingat. Pertama, setiap orang dalam keluarga kita berbeda. Kasihilah tiap orang dengan bahasa kasih mereka. Gary Chapman menuturkan setidaknya ada 5 bahasa kasih manusia, yaitu: kata-kata penegasan, sentuhan fisik, waktu berkualitas, pelayanan, dan hadiah. Kenali bahasa kasih anggota keluarga kita, kasihi mereka dengan bahasa kasihnya. Kedua, bekerja keraslah! Membangun kehidupan keluarga membutuhkan kerja keras. Seperti petani kebun anggur yang tidak berhenti bekerja. Tanpa kerja keras, adalah mimpi jika kita ingin menikmati kebahagiaan dalam keluarga. Kiranya Tuhan menolong kita. Amin.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.