Di dunia media sosial dan arus teknologi zaman ini ada satu istilah yang mulai umum dikenal penggiat teknologi dan media, yakni unlimited. Istilah ini sederhananya berarti: tak terbatas. Berdasarkan Merriam‑Webster dictionary, arti kata ini bisa lebih dalam lagi, yakni tidak terbelenggu dengan pengecualian; terbebas dari ikatan‑ikatan, bahkan lepas kontrol. Tak disangka istilah ini seolah booming akhir‑akhir ini, saat media komunikasi dan teknologi berkembang dengan pesatnya. Pasalnya, orang zaman ini cenderung berminat terhadap kuota internet yang unlimited, bonus telepon dan sms unlimited.
Inilah yang ditawarkan dunia yang juga mulai unlimited. Tanpa disadari karakter dunia dan manusia pun bergerak unlimited, saling merebut dan menguasai, menyingkirkan batas bukan untuk saling merangkul melainkan untuk saling menindas. Perang dan balas dendam pun menjadi unlimited. Penyebaran fitnah dan berita hoax juga semakin unlimited. Budaya unlimited seolah menggilas beradaban belas kasih yang telah lebih dahulu diperkenalkan Tuhan bagi dunia. Masih mungkinkah semangat pengampunan dan belas kasih Tuhan juga unlimited bagi kita? Masih tertarikkah orang untuk saling memberi pengampunan tanpa batas? Mengampuni mudah diucapkan tetapi tidak mudah dipraktekkan.
Bacaan Kitab Suci hari Minggu ini mengajak kita untuk kembali merenungkan bahwa semangat pengampunan dan belas kasih pertama‑tama bersumber dari kemurahan hati dan belas kasihan Allah yang juga tak terbatas.
Ajaran Yesus tentang cinta kasih selalu dilekatkan kepada para murid. Segala bentuk ekslusivitas yang dimiliki para murid mesti diganti dengan sikap penerimaan terhadap semua orang. Para murid menerima Roh Kudus di hari Pentakosta. Roh itu memampukan mereka berkomunikasi dengan semua orang dari berbagai bangsa. Komunikasi terwujud bila ada keterbukaan hati, kasih, dan kegembiraan. Sikap sinis seperti yang dilakukan oleh para pencibir murid Yesus merupakan sikap ketertutupan diri, anti kasih, dan menutup kemungkinan menerima sesama apa adanya.
Dalam perjalanan hidup di dunia, murid-murid Yesus akan berjumpa dengan cibiran-cibiran dan kebencian dari dunia. Sebagaimana dunia membenci Yesus, dunia juga membenci murid-muridNya. Untuk menghadapi semua itu Yesus mengutus Roh Kebenaran (Yohanes 15:26-27, 16:4b-15). Ia mendampingi umat agar tidak larut dengan dunia. Bila dunia membenci para murid, para murid harus hidup dengan cinta kasih dan dalam kebenaran. Roh Kudus akan mendampingi dan turut berdoa bersama umat supaya setiap orang yang terpanggil sesuai dengan rencana-Nya hidup baik, sebab Ia turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan.
Pada Minggu Pentakosta ini kita akan menghayati kembali karya Roh yang memampukan kita mewartakan kasih Allah bagi sesama. Kiranya kita semua dimampukan merasakan dan menceritakan daya Roh itu serta mewartakannya melalui hidup kita. Amin.