Renungan BHS Indonesia

(Markus 1:1-8)

Persiapan untuk menyambut tamu atau seseorang yang penting dalam kehidupan kita merupakan hal yang biasa kita lakukan. Misalnya saja ketika menanti kelahiran buah hati, orang tua akan melakukan berbagai persiapan. Bagaimana jika yang datang dalam kehidupan kita adalah Tuhan sendiri? Dalam Kitab Perjanjian Lama, kedatangan Tuhan sudah dijanjikan. Dan sebelum kedatangannya, akan datang seorang utusan Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagi kedatangan Tuhan. Kabar sukacita akan kedatangan Tuhan inilah yang disaksikan dalam Kitab Markus 1:1 “Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah.” Markus memilih menggunakan kata Yunani “euanggelion” yang dapat diterjemahkan dengan “Injil” atau “kabar baik”. Dalam sejarah kekristenan mula-mula, kata tersebut digunakan untuk rupa-rupa kabar baik. Tetapi penulis Injil Markus menggunakan kata tersebut untuk satu tujuan, yaitu menyatakan kabar baik bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah. Itulah kabar baik yang diharapkan diterima oleh pembaca Injil Markus dan mereka menjadi percaya.

Yohanes Pembaptis adalah utusan Tuhan seperti yang dinyatakan dalam ayat 2&3 “Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, Ia akan mempersiapkan jalan bagiMu (Maleakhi 3:1), ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun, persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya (Yesaya 40:3). Yohanes Pembaptis datang untuk menyiapkan jalan bagi kedatangan Tuhan Yesus, Anak Allah. Yohanes menyerukan agar orang-orang menyiapkan diri untuk menyambut kedatangan Tuhan dengan bertobat dan memberi diri dibaptis agar menerima pengampunan dari Allah. Yohanes Pembaptis adalah sosok pelayan yang penuh dengan kesederhanaan, mau menyangkal diri, dan menjauhkan diri dari kesenangan duniawi. Hal itu digambarkan dengan kehidupan di padang gurun, memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan memakannya belalang dan madu hutan. Yohanes Pembaptis benar-benar menempatkan diri sebagai seorang yang jauh lebih rendah dari sosok yang akan datang tersebut. Sekalipun saat itu dia menjadi tokoh yang hebat, yang dikagumi banyak orang, dia tidak mau mengambil kesempatan untuk kemegahan dirinya sendiri. Dia menyatakan bahwa dia bukan siapa-siapa dibandingkan dengan yang akan datang, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Hal tersebut digambarkan dengan perkataan Yohanes yang demikian: Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak” (Mrk 1:7). Membuka tali kasut adalah pekerjaan rendah, yang hanya pantas dilakukan oleh seorang budak. Namun bagi Yohanes, di hadapan Tuhan Yesus, dia lebih rendah dibandingkan seorang budak. Lalu Yohanes melanjutkan pemberitaannya dalam Markus 1:8 demikian: “Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus.” Betapa mulia Tuhan Yesus yang akan datang itu. Hidup dalam pertobatan selalu menjadi panggilan bagi kita untuk menyambut kedatangan Tuhan.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.