Seringkali kita hidup dalam kesombongan dan merasa diri paling berharga. Dalam bacaan kita hari ini, kita diajak untuk menyembah Tuhan dengan sikap yang benar, yakni dengan kerendahan hati. Bacaan pertama terambil dari 1 Raja-raja 8:22-23, 41-43. Salomo mengakhiri pembangunan Bait Allah dengan doa. Salomo berdoa kepada Allah, bersyukur atas kasih setia-Nya, karena janji dan rancangan Tuhan mengenai pembangunan bait Allah yang diberikan kepada Daud ayahnya, kini telah digenapi. Itu berarti, Salomo sungguh meyakini bahwa Allah adalah Allah yang setia kepada janji-Nya. Maka dari itulah, kemudian muncul suatu kerinduan Salomo, supaya Allah juga mau mendengar, menerima, dan menjawab doa orang-orang asing yang beribadah di Bait Allah yang telah selesai dibangun itu. Salomo memiliki kerinduan seperti itu, karena ia yakin bahwa Allah adalah Allah Yang Maha Pemurah, lagi Maha Pengasih bagi bangsa-bangsa lain juga, tidak terbatas kepada bangsa Israel saja. Salomo tidak melupakan Tuhan, melainkan menyembah Tuhan dengan menyadari penyertaan-Nya.
Sementara itu Mazmur tanggapan terambil dari Mazmur 96. Bagian ini merupakan ajakan untuk memuliakan Tuhan dengan pujian atas segala kebesaran-Nya. Memuji Tuhan serta memaklumkan keselamatan yang datangnya dari Allah kepada segala makhluk (ayat 2). Dalam memuji Tuhan tidak boleh dilakukan dengan sikap sembarangan, melainkan musti berhiaskan kekudusan dan kerendahan hati di hadapan Tuhan. Memaklumkan pujian kepada Tuhan dari seluruh bangsa.
Bacaan Injil terambil dari Lukas 7:1-10. Panglima dalam cerita ini memiliki sikap yang baik. Ia peduli pada hambanya. Ia mengasihi hambanya, dan demi menolong hambanya ia rela menghadapi kesulitan. Dalam hukum Romawi, hamba ditetapkan sebagai alat hidup, ia tidak mempunyai hak. Seorang tuan dapat memperlakukannya semena-mena, bahkan membunuhnya. Biasanya kalau seorang hamba sudah tidak dapat bekerja dan tidak berguna lagi, maka ia akan dibuang sampai mati. Karenanya, perlakuan panglima ini terhadap hambanya sungguh luar biasa.
Sang panglima seorang yang rendah hati. Ia sangat memahami bahwa seorang Yahudi berdasarkan hukum Taurat dilarang keras untuk memasuki rumah seorang kafir (Kis 10:28), demikian juga ia dilarang untuk mengijinkan seorang kafir masuk ke dalam rumahnya dan berkomunikasi dengan mereka. Bahkan ia tidak boleh datang sendiri kepada Yesus. Ia meminta sahabat-sahabat Yahudinya untuk menjumpai Yesus. Meskipun ia memiliki kedudukan, namun ia tidak merasa memiliki kedudukan yang paling tinggi (8).
Menyembah Tuhan tidak boleh dilakukan dengan sembarangan. Musti dilakukan dalam kerendahan hati dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Sang pemilik kehidupan dan alam semesta ini.
Amin.