Dalam kisah Injil hari ini, Maria duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya. Hal ini memang membuat penasaran, karena Lukas tidak memberi informasi sedikit pun. Justru kepada Marta yang sibuk itu, Tuhan berkata: “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” Bagian yang terbaik itu adalah mendengarkan Tuhan. Lukas memang tidak menyediakan informasi tentang apa yang dikatakan Tuhan. Hal ini hendak menjelaskan kepada kita semua bahwa yang utama adalah sikap mendengarkan, punya perhatian kepada apa yang dikatakan Tuhan. Tentang apa yang mau dikatakan Tuhan kepada setiap pribadi orang tentu berbeda-beda. Maka kita tidak perlu penasaran berlebihan kepada apa yang sedang dibicarakan Tuhan kepada Maria. Tuhan hanya ingin kita memiliki sikap seperti Maria. Ada waktu untuk duduk dekat Tuhan dan mendengarkan-Nya. Bagaimana supaya kita bisa mendengarkan Tuhan?
Maria mengenal Tuhan Yesus sebagai hikmah tertinggi Allah yang tersembunyi dalam kemanusiaan-Nya. Itulah mengapa ia pun dengan tenang mendengarkan Tuhan. Benar-benar tidak bergeming sedikit pun waktu melihat atau mendengar apa yang dikatakan atau dilakukan orang terhadap dirinya. Ia duduk di sana dalam keheningan sempurna dengan cinta mendalam kepada Tuhan. Bahkan, ketika Marta saudaranya mengeluh kepada Yesus tentang dirinya, Maria tetap tenang dan tidak merasa terganggu, tanpa menunjukkan kebencian sedikit pun terhadap Marta yang menggerutu. Hal ini sebenarnya tidaklah mengherankan, karena Maria benar-benar terpikat oleh pekerjaan lain yang tidak diketahui sama sekali oleh Marta. Lagi pula ia tidak punya waktu untuk memerhatikan saudarinya atau untuk membela diri. Dekat dengan Kristus, mendengarkan sabda-Nya, membuat Maria menemukan kepenuhan hidup. Sungguh ajaib, Maria menjadi pribadi yang tidak sempat untuk mengeluh apalagi menggerutu.
Namun demikian, jangan bilang kalau Marta itu orang yang tidak beruntung. Ingat, dia berkesempatan melayani Tuhan dengan kesibukannya. Ketika sedikit menggerutu, Marta mendapatkan pemahaman yang benar langsung dari Tuhan Yesus tentang apa yang dilakukan Maria. Maka, tidak berlama-lama pula ia salah paham kepada Maria yang terpanggil dalam hidup kontemplatif. Marta yang aktif tetaplah sahabat Tuhan, sama halnya dengan Maria yang kontemplatif. Lantas, apa yang bisa kita pelajari dari Marta? Benar, dia mengeluh kepada Tuhan atas Maria. Marta mengeluh karena tidak memahami apa yang sedang dilakukan oleh Maria. Yang jelas, Marta tetap menunjukkan sebagai pribadi yang sopan dan ketika mengeluh hanya sebentar saja. Bagaimanapun, sebagai sahabat Tuhan, Marta tetaplah mengesankan. Kasus ini mengajarkan satu azas. Ya, pemahaman yang baik tentang seseorang, akan menjauhkan kita dari sikap gampang menggerutu.
Marta tidak berlama-lama menggerutu karena bersahabat baik dengan Tuhan. Maria mendapatkan bagian yang terbaik karena ia juga sahabat Tuhan. Keduanya mau mendengarkan Tuhan, dengan gaya masing-masing. Marta adalah sosok yang aktif, sedang Maria adalah sosok yang kontemplatif. Keduanya membutuhkan sabda Tuhan sebagai sumber kehidupan.