Kata “Iman” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki dua arti. Pertama, iman berarti kepercayaan; keyakinan kepada Allah. Kedua, iman juga berarti ketetapan hati, keteguhan batin, keseimbangan batin. Pada pemahaman yang pertama, beriman berarti meyakini Allah akan melakukan sesuatu untuk kita. Sedangkan dalam pengertian yang kedua, beriman dimaknai sebagai kesetiaan dan kebulatan tekad atas apa yang dipercaya, termasuk di dalamnya keberanian untuk menghadapi segala konsekuensinya.

Dalam pemahaman yang pertama nampak bahwa manusia bersikap pasif, sedangkan dalam pemahaman yang kedua, manusia harus lebih bersikap aktif, yaitu melakukan sesuatu berdasarkan atas apa yang diimani. Pemahaman yang kedua itulah yang nampak dalam kehidupan iman Stefanus. Di dalam imannya, Stefanus berani mengatakan kebenaran. Keberanian dan keteguhan hatinya inilah yang membuat Stefanus harus menghadapi banyak kebencian sampai penghakiman. Namun demikian, iman Stefanus tidak goyah dan kebenaran tetap ia nyatakan. Stefanus menjadi martir pertama dalam kehidupan jemaat mula-mula yang ditulis pada waktu itu.

Gambaran tentang iman yang aktif juga nampak dalam firman Tuhan di dalam I Petrus 2:2-10. Jemaat Tuhan pada waktu itu sedang mengalami himpitan dan penganiayaan. Surat tersebut dikirim bukan hanya untuk memberikan penghiburan dan penguatan, namun juga memanggil jemaat untuk tetap setia di dalam iman dan tetap menunjukkan fungsi dan karyanya dalam kehidupan. Lebih lanjut dikatakan bahwa jemaat adalah umat pilihan Allah. Namun status sebagai umat pilihan Allah tersebut jangan hanya dipahami sebagai sebuah “priviledge” atau hak istimewa, melainkan sebagai suatu tanggung jawab. Tanggung jawab tersebut merupakan respon atas karunia dan anugerah Allah yang diwujudkan dengan memberitakan karya-karya dan tindakan Allah.

Melalui dua bacaan firman Tuhan tersebut, kita mendapat pemahaman bahwa beriman adalah berani menghadapi hidup dan terus berkarya dengan berbagai resiko. Tuhan Yesus juga menggemakan panggilan kepada para murid untuk menyatakan iman yang aktif tersebut. Melalui percakapannya dengan para murid dalam Yohanes 14:1-14, Tuhan Yesus meneguhkan dan menguatkan para murid di dalam iman dan pengharapan kepada Tuhan. Kepergian Tuhan Yesus adalah untuk menyiapkan tempat bagi para murid agar para murid bisa berada bersama dengan Tuhan. Iman para murid diteguhkan, karena Tuhan Yesus adalah Bapa itu sendiri. Apa yang Tuhan Yesus katakan dan lakukan bukan dari diri-Nya sendiri, tetapi dari Bapa yang diam di dalam diri-Nya. Dan para murid diingatkan bahwa orang yang percaya bukan hanya orang yang berdiam diri menantikan janji dan pertolongan Tuhan, tetapi orang yang melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti yang sudah Tuhan Yesus lakukan. Itulah yang seringkali sulit dinyatakan dalam kehidupan para pengikut Tuhan. Mereka ingin dimuliakan di surga, tetapi tidak bersedia memikul salib bersama Tuhan. Banyak yang ingin menikmati perjamuan makan bersama dengan Tuhan, tetapi tidak mau berpuasa berasa Dia. Apakah sebagai orang yang beriman, kita juga sudah mengikuti jejak Tuhan?

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.