Kej 17:1-7, 15-16; Mz 22:23-31; Rm 4:13-25; Mrk 8:31-38
Ada 2 orang yang menderita sakit dan sudah tidak tahan lagi untuk segera terbebas dari sakitnya. Segala usaha sudah dicoba, namun belum juga mendapatkan kesembuhan. Setiap hari mereka mengeluh, tidak semangat menjalani hidup, bahkan mulai merasakan bahwa Tuhan tidak menyayangi mereka. Mereka mendengar ada seorang bijaksana yang sering berhasil menolong orang-orang keluar dari masalahnya. Mereka memutuskan untuk pergi kepada orang bijaksana tersebut. Setelah bertemu orang bijaksana tersebut, mereka menyampaikan semua keluhan mereka dan meminta petunjuk. Orang bijaksana tersebut mengatakan: “Di perempatan depan sana, ada seorang yang bisa membantu kalian. Datanglah kepadanya.”Kedua orang itu mendatangi rumah yang ditunjukkan dan mendapati bahwa penghuni rumahnya ada seorang kakek tua yang tergolek di tempat tidur. Nampaknya kakek tersebut sudah lama menderita sakit.Kedua orang tersebut merasa prihatin dan kasihan terhadap kakek tersebut. Mereka menyampaikan keprihatinan mereka kepadanya.Kakek tersebuttertawa dan mengatakan: “Saya tidak menderita. Saya percaya penuh kepada Tuhan yang telah menyelamatkan saya.Ketika tubuh ini mati, .”Mendengar apa yang diucapkan si kakek, kedua orang ini merasa sangat malu dengan sikap mereka. Mereka meninggalkan rumah si kakek dengan sikap yang baru. Mereka tidak lagi mengeluh, tetapi bersyukur bahwa sekalipun mereka sakit, mereka masih bisa bekerja dan menikmati banyak berkat yang lain.
Kita belajar dari si kakek tentang kehidupan iman. Kakek itu percaya dan berharap pada kemuliaan yang disediakan oleh Tuhan.Kemuliaan itu tidak akan pudar sekalipun dia sekarang berada dalam penderitaan. Hal itu yang awalnya belum bisa dimengerti oleh Petrus. Petrus merupakan murid yang baru saja menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias. Namun pemahamannya tentang ke-Mesias-an Yesus masih sama dengan pemahaman orang Yahudi sezamannya. Bagi dia, Mesias adalah sosok yang kuat dan tangguh, yang akan menolong mereka mendapatkan kemenangan dari para musuhnya. Oleh karena itu, ketika Tuhan mengatakan bahwa Dia akan mengalami banyak penderitaan, mati dan bangkit pada hari ketiga, Petrus menolak berita tersebut. Petrus sulit untuk menerima bahwa Mesiasakan mati. Yesus menegur sikap Petrus dan menyatakan bahwa penderitaan itulah yang akan membawa kemuliaan. Hal itu juga berlaku bagi para pengikutNya bahwa penderitaan bisa juga dialami oleh para murid. Jika mereka setia, kemuliaan dari Tuhan akan mereka dapatkan.
Dalam kehidupan Abraham, penderitaan juga pernah dialaminya untuk menantikan janji Bapa yang akan membuat dia menjadi bapa segala bangsa. Abraham mau percaya kepada Allah untuk menyatakan kehendaknya sekalipun sudah mustahil bagi diadan Sara yang sudah tua untuk memiliki anak. Allah tidak pernah ingkar janji dan berkuasa untuk menyatakan kehendakNya.Apa yang mustahil bagi manusia ,tidak mustahil bagi Allah. Pemazmur juga menghayati hal yang sama, dengan mengatakan bahwa Allah tidak pernah menyembunyikan wajahNya terhadap kesengsaraan orang yang tertindas. Pandanglah wajah Tuhan, agar kita dikuatkan dalam segala perkara dan mendapatkan kemuliaan di dalam Dia.