Ada seorang ibu muda, yang menjadi “single parent” dengan dua orang anak karena suaminya meninggal. Si Ibu berjuang untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Dia berprinsip bahwa anak-anaknya harus bisa bersekolah dengan baik agar dapat meraih cita-citanya. Dia bekerja dengan keras, wajahnya menghitam karena sengatan matahari, tangan dan kulit tubuhnya juga menjadi kasar.
Di tengah kesibukannya mencari nafkah, Si ibu juga berjuang untuk tetap bisa memberikan waktu bersama anak-anaknya. Dia juga rajin beribadah dan memperkenalkan anaknya dengan Tuhan dan dengan kehidupan bergereja. Tiga puluh tahun kemudian, anak-anaknya dewasa dan bekerja dengan penghasilan yang baik. Mereka juga menjadi anak yang aktif dalam kehidupan pelayanan di gereja seperti dirinya. Dalam sebuah acara, si ibu diminta untuk memberikan kesaksian tentang bagaimana berat perjuangan hidupnya sebagai seorang “single parent” sejak kematian suaminya. Namun si ibu ini menjawab, “Mungkin orang melihat hidup saya ini berat, tetapi saya tidak pernah merasakan bahwa hidup ini berat. Saya jalani semuanya sebagai bakti, kesetiaan dan kasih saya kepada keluarga, suami, dan anak-anak saya. Tuhan Yesus sendiri memberi teladan dimana Tuhan rela memberikan hidup-Nya karena kasih.
Seringkali kita memahami pengorbanan sebagai bentuk penderitaan, karena ada sesuatu yang harus kita berikan. Terlebih jika kita menilainya dengan ukuran untung-rugi, maka pengorbanan bisa menjadi sebuah kerugian, dan akan kita hindari. Padahal ada banyak orang dengan rela mengorbankan diri bagi sesama dengan sukacita, seperti teladan dari Tuhan Yesus sendiri. Pengorbanan Tuhan Yesus nyata dengan memberikan diri-Nya secara utuh untuk memberikan keselamatan dan kemenangan dalam kehidupan manusia. Pengorbanan yang diberikan Tuhan telah menghasilkan kemuliaan dan kemenangan. Pengorbanan Yesus tidak berakhir di kayu salib, dalam kematian dan kubur, tetapi berpuncak pada kebangkitan dan kemuliaan. Tuhan Yesus yang disalibkan sungguh telah bangkit dan menampakkan diri kepada para murid-Nya. Kuasa Allah sungguh bekerja membangkitkan Tuhan dari kematian, dan di dalam nama Yesus, kita juga mendapatkan kemenangan.
Dalam Kisah Para Rasul 3:12-19, Rasul Petrus menyatakan bahwa dia membuat orang lumpuh berjalan bukan karena dia hebat, namun karena nama Tuhan Yesus. Tuhan yang telah mereka tolak dan mereka serahkan untuk dibunuh. Tetapi semua yang harus Yesus alami memang adalah bagian dari pengorbanan karena kasih-Nya demi rencana penyelamatan. Oleh karena itu, Rasul Petrus mengundang agar umat bertobat dan percaya kepada Yesus. Jika Yesus telah berkorban dan menghasilkan kemenangan bagi kita, apakah respon kita sekarang? Kristus mengundang agar kita juga meneladani pengorbanan Kristus dalam kehidupan. Jika kita memberikan diri bagi kebaikan sesama kita, kita tidak akan menjadi rugi. Tetapi kita akan melihat, rencana Allah yang indah terjadi di dalam dan melalui hidup kita.