Suatu pagi, seorang ibu memberikan uang saku kepada kedua anaknya. Anak pertamanya laki-laki dan sudah kelas 6 diberikan uang saku Rp 10.000,- Sedangkan kepada anak keduanya, perempuan dan baru kelas 2 diberikan Rp 5.000,- Sekalipun uang saku mereka berbeda, kedua anak ini tidak protes karena masing-masing sudah merasa cukup dengan apa yang diterimanya.

Apa yang dilakukan ibunya menurut kedua anaknya sudah adil. Adil bukan terletak kepada jumlah yang mereka terima, tetapi dari kebutuhan yang ada. Keadilan berhubungan dengan nilai-nilai kemanusiaan, dan bukan mengenai jumlah alat yang dipergunakan untuk mempertahankan nilai kemanusiaan.

Bacaan Amos 5:6-7, 10-15 menunjukkan bahwa sejak dulu sudah banyak terjadi pemerkosaan keadilan. Nilai-nilai kemanusiaan dirampas dan dijajah sedemikian rupa. Dan Tuhan sama sekali tidak mentolerir sikap hidup mereka yang membunuh kehidupan dan pengharapan mereka yang lemah. Sebagaimana Allah memihak kepada Israel ketika ditindas di Mesir, demikian pula Allah mendengar seruan mereka yang tertindas di antara umat. Para penindas akan mengalami penghukuman Allah. Kemewahan yang mereka peroleh dari hasil penindasan akan musnah. Tuhan berpihak pada keadilan. Sebagai anak-anak Tuhan, kita juga dipanggil untuk menyatakan hidup sebagai pembawa keadilan.
Dalam Markus 10:17-31 diceritakan tentang seorang muda yang penuh antusias dan hormat datang berlutut di hadapan Tuhan Yesus, dengan membawa pertanyaan penting: “Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Sungguh luar biasa, selain berlutut di hadapan Tuhan, ia juga menyebut Tuhan Yesus sebagai “Guru Yang Baik”. Tuhan Yesus menjawab: “Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu!” (Mrk 10:19). Jawaban orang muda tersebut lebih memukau lagi, katanya: “… Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku.” Pemuda ini mampu menarik simpati Tuhan Yesus sehingga dengan pandangan yang penuh perhatian Tuhan Yesus memberikan petunjuk yang lebih sempurna: “Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kau miliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku.” (Mrk 10:21). Namun justru orang muda itu pergi, karena hartanya sangat banyak.

Kita sering kali gagal sebagai pembawa keadilan karena memiliki sikap iman yang kontraproduktif, seperti orang muda yang kaya tadi. Sikap fisik berlutut menyembah Tuhan Yesus, tidak disertai penyembahan dan ketertundukan dengan hati dan jiwa. Harta yang seharusnya menjadi alat pembawa kasih, berubah fungsi menggantikan Tuhan. Tuhan Yesus menekankan bahwa kasih merupakan tindakan nyata bagi sesama. Kasih kepada Tuhan itu harus diwujudnyatakan kepada sesama, terlebih kepada mereka yang membutuhkan. Mari nyatakan kehidupan keluarga sebagai pembawa keadilan.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.