Kita adalah makhluk peniru, homo mimesis. Perhatikanlah cara anak-anak kita berkata, bersikap, saat marah, atau tertawa, dan sebagainya. Pasti akan mirip dengan diri kita. Anthony de Mello merefleksikan kenyataan itu dengan menyatakan bahwa perilaku anak hanya memantulkan apa yang dilihatnya, bagai cermin yang hanya memantulkan realitas di depannya. Oleh karena itu, keteladanan orang tua terhadap anak sangat penting. Seperti dikatakan oleh Dorothy Nolte (dikutip dari Andar Ismail, Selamat Ribut Rukun) demikian :
Anak yang hidup dengan kecaman akan belajar mencela
Anak yang hidup dalam suasana permusuhan akan belajar bertengkar
Anak yang hidup dengan ejekan akan menjadi pemalu
Anak yang hidup dengan suasana iri akan menjadi pembenci
Sebaliknya, anak yang hidup dengan dukungan akan belajar untuk yakin diri
Anak yang hidup dengan pujian akan belajar menghargai
Anak yang hidup dalam suasana adil akan belajar bersikap adil
Anak yang hidup dengan rasa aman akan mempunyai iman
Anak yang hidup dengan restu akan menyukai dirinya
Anak yang hidup dalam suasana diterima akan belajar menemukan kasih dalam dunia.
Hari ini kita mau belajar dari keluarga Timotius. Timotius seorang muda yang mendapatkan pendidikan iman yang kokoh bukan melalui pembinaan formal melainkan lewat sikap keseharian ibu dan neneknya. Bisa kita lihat dalam bacaan 2 Timotius 1:1-14. Dalam surat ini Timotius disebut sebagai “anakku yang kekasih” yang menunjukkan relasi kedekatan mereka. Relasi yang dekat itu juga terlihat lewat pengenalan Paulus pada Nenek dan Ibu Timotius yang bernama Lois dan Eunike. Paulus melihat ketulusan dan kekuatan iman yang nampak dalam diri Timotius tidak terlepas dari pengajaran kehidupan sebagaimana yang diteladankan oleh Lois dan Eunike. Penyebutan Nenek dan Ibu Timotius menegaskan bahwa iman itu menular. Pernyataan inilah yang menjadi dasar nasihat Paulus, agar Timotius menularkan imannya dengan cara berkobar-kobar dalam melayani (ay 6). Agaknya terdapat keadaan persoalan atau tantangan yang tengah dihadapi jemaat yang dilayani oleh Timotius (lihat 2 Tim 3). Paulus dengan tegas mengatakan: “Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya” (2 Tim 3:12). Bagaimanakah cara Paulus menguatkan Timotius? Dengan mengingatkan betapa luar biasanya teladan kehidupan yang diperlihatkan oleh Lois dan Eunike.
Kini anak-anak dididik oleh televisi dan gadget. Orang tua sering sibuk dengan pekerjaannya, sehingga tidak memiliki waktu untuk anak-anak. Kenyataan ini tentu membutuhkan cara baru, cara baru agar iman kita menular pada anak-anak kita. Selama masa Bulan Keluarga mari kita bersama-sama bekerja keras agar mampu menularkan nilai-nilai iman bagi kehidupan. Tuhan memberkati kita. Amin.