Saudara, ketika manusia diperhadapkan dengan tantangan, minimal untuk bisa bertahan menghadapi tantangan dibutuhkan pertahanan yang dayanya sama besar dengan tantangan itu. Jika ingin mengalahkannya maka harus memiliki daya atau tenaga yang lebih besar dari tantangan yang dihadapi.
Di dalam bacaan Injil Lukas 17:5-10, Permohonan para rasul kepada Tuhan Yesus agar ditambah iman mereka cukup beralasan, bila kita memperhatikan ayat 1-4 dalam perikop ini. Ada dua hal besar yang melatar belakangi permohonan itu. Pertama, realita bila penyesatan pasti akan selalu ada. Dengan demikian siapapun bisa menjadi penyesat atau menjadi orang yang disesatkan. Kedua, tugas untuk memberikan pengampunan dengan tanpa batas.
Menjalani hidup dengan kenyataan akan selalu terjadi penyesatan dan juga mengemban mandat untuk tidak jemu mengampuni, bagi para rasul bukan perkara mudah sehingga dibutuhkan modal iman yang lebih. Namun apa jawab Tuhan Yesus terhadap permohonan dan pengharapan dari para rasul. Ketika para rasul ingin memiliki iman yang lebih besar supaya bisa menghadapi bahkan mengalahkan tantangan yang besar yaitu penyesatan dan juga memberikan pengampunan. Pengharapan untuk ditambah imannya supaya bisa memiliki iman yang besar, ternyata oleh Tuhan Yesus dijawab dengan mengatakan iman sebesar biji sesawi (ay.6).
Dari permohonan para rasul dan jawaban Tuhan Yesus ini menunjukkan, kalau para rasul beranggapan untuk menghadapi tantangan harus dengan kuantitas iman tetapi Tuhan Yesus justru menekankan kualitas iman. Kualitas sebuah iman itu terlihat dari cara kerjanya. Biji sesawi adalah jenis biji-bijian yang tergolong jenis biji yang kecil, tetapi mana kala biji sesawi sudah tumbuh besar menjadi pohon sangat berguna bagi kehidupan yang lain.
Kemudian, daya kerja dari iman yang berkualitas dari kelanjutan penjelasan Tuhan Yesus memuat dua hal, Pertama iman yang berkualitas mampu mengerjakan hal yang secara manusiawi sering kali dipandang tidak mungkin, atau hal yang tidak terduga sama sekali (ay.6). Kedua, iman yang berkualitas akan menghantarkan seseorang pada kesadaran bila dirinya adalah pelayan bagi Tuhan melalui kehidupan sesama, dan pelayanannya tidak pernah disertai motifasi untuk mendapatkan imbalan (ay.10).
Saudara, tantangan jaman memang tidak bisa dihindari oleh siapapun, jaman yang selalu berubah membawa pengaruhnya masing-masing. Pengaruh perubahan ini bisa membuat kita terseret dalam kesesatan yang berada di dalamnya. Contoh, kalau dulu mempercakapkan kehidupan orang lain dianggap tabu, sekarang kehidupan pribadi seseorang seakan sudah biasa untuk dibeberkan di dalam khalayak umum.
Hari ini bersama kita menghayati tema Iman dan Tindakan, kita diajak untuk dapat memperkuat iman kita terlebih dahulu dengan berani mulai melakukan sesuatu hal positif di dalam tindakan nyata berdasarkan iman kepada kuasa dan penyertaan Allah dan menyadari bahwa diri kita adalah pelayan Allah di dunia ini, maka jangan mencari keuntungan pribadi dalam sebuah pelayanan. Demikian juga dalam perayaan Agung perjamuan kudus sedunia satu sisi perjamuan ini memberikan pemeliharaan atas iman dan keselamatan kita, dan sisi lain kita harus mawas diri akan hal kualitas iman yang kita miliki. Tuhan memberkati.