Dari bacaan hari ini, kita menemukan beberapa dampak dari karya Roh Kudus. Pertama, kalau Roh kudus hadir maka akan senantiasa ada pembaruan, perubahan atau perbaikan. Pemazmur dalam Mzm. 104:30 mengatakan, “Apabila Engkau mengirim roh-Mu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi”. Ketika Roh Tuhan bekerja selalu saja ada penciptaan (terjadinya sesuatu yang baru, bahasa Ibrani: bara) sekaligus pembaruan (perbaikan, bahasa Ibrani: chadas). Itu berarti Gereja yang dikuasai Roh adalah gereja yang senantiasa rindu memperbarui dirinya. Senantiasa ada semangat mengubah diri, ke arah yang lebih baik.
Itulah yang diteriakkan Bapak Gereja, termasuk Marthin Luther ratusan tahun yang lalu yang terkenal dengan semboyan Ecclesia reformata semper reformanda est, gereja reformasi adalah gereja yang tidak pernah berhenti mereformasi dirinya. Mengapa? Sebagai gereja, kita harus sadar bahwa persekutuan kita terdiri dari manusia-manusia yang berdosa. Itu berarti kita tidak sempurna. Jangan pernah merasa diri hebat. Pengalaman di Babel menunjukkan bahwa Tuhan tidak menyukai kesombongan. Persoalan dalam cerita ini bukanlah pada pembangunan peradaban, tetapi kesombongan. “Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi” (Kej. 11:4). Kalimat “mencari nama” dipahami sebagai kesombongan manusia, membangun gengsi untuk menyatakan diri hebat. Atas dasar itulah, Tuhan memporakporandakan rencana manusia dengan mengacaubalaukan bahasa manusia. Dari sanalah muncul kata Babel (dari kata Balal), yang berarti “mengacaubalaukan.”
Kedua, persekutuan yang dikuasai Roh Kudus adalah persekutuan yang menghibur. Menghibur bukan sekadar berarti entertain, menciptakan acara yang menarik dan lucu. Hanya untuk menyenangkan saja. Menghibur di sini dalam arti menguatkan, memberikan pengharapan.
Penghiburan semacam itulah yang dijanjikan Yesus lewat hadirnya Roh Kudus, yang disebut dengan kata Yunani parakletos. Kata parakletos berarti ”sesuatu” yang dipanggil untuk menghibur atau membela. Terjemahan Penolong dan Penghibur cukup tepat mengingat kerja dari parakletos. Kata ”yang dipanggil” dengan demikian menyiratkan hakikat kerja parakletos itu. Karena kehadiran paraklestos, para murid tidak perlu takut dan gelisah. Mereka tidak akan ditinggalkan sebagai yatim piatu. Teks Yunani memakai kata orphanos yang artinya tidak punya ayah. Ungkapan ini amat berarti bagi orang percaya pada waktu itu. Mereka diberi keyakinan bahwa Sang Bapa tidak pernah meninggalkan mereka.
Ketiga, dampak penyertaan Roh Kudus dirasakan secara luar biasa oleh para murid. Jangan berpikir sekadar bahasa roh atau karunia yang lain. Keluarbiasaan karya Roh Kudus adalah memampukan mereka keluar dari belenggu bahasa. Sekat pembatas komunikasi roboh. Semua mengerti, semua memahami. Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa manusia yang membuat orang banyak yang mendengar mengerti “tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah” (ay. 11c).