Midas adalah seorang raja yang terkenal dengan sentuhan emas. Daun, baju, kursi dan semua benda yang dia sentuh, berubah menjadi emas. Dia menjadi sangat senang. Setelah puas menyentuh banyak benda, dia lapar. Namun ketika hendak makan, piring, sendok dan makanan yang dia sentuh, semua juga berubah menjadi emas.
Bahkan putri kesayangannya pun akhirnya berubah menjadi emas. Menyadari kesalahan atas permintaannya, Midas akhirnya ingin agar kekuatannnya tersebut diambil. Midas menyadari bahwa dia telah dikuasai oleh ketamakan (keserakahan), yang justru hanya mendatangkan penderitaan dalam hidupnya.
Ketamakan memang dapat menguasai hati manusia, di mana manusia ingin memiliki banyak harta atau sesuatu yang bersifat duniawi untuk dirinya sendiri, dimana keinginan menjadi kaya itu tidak akan pernah terpuaskan. Hati orang tamak hanya terfokus untuk mendapatkan sebanyak mungkin harta atau sesuatu untuk dirinya sendiri. Oleh karena itu, orang yang tamak mudah jatuh pada sikap menghalalkan segala cara dan tidak mau berbagi dengan sesama. Bahaya ketamakan inilah yang ditangkap oleh Tuhan Yesus bisa menguasai orang yang datang kepada Tuhan Yesus dalam Lukas 12:13-21. Orang itu nampak sedang bermasalah tentang harta warisan. Dia ingin agar Tuhan Yesus menolong dia untuk menyelesaikan masalahnya tersebut. Memang tidak jelas, apakah orang ini sedang mengalami ketidakadilan dari saudaranya, atau karena dia sedang dikuasai ketamakan sehingga menginginkan warisan tersebut. Namun nampak bahwa Tuhan Yesus tidak ingin masuk dalam urusan tersebut. Tuhan Yesus justru mengingatkan orang itu agar jangan sampai hatinya dikuasai oleh ketamakan. Persoalan warisan bisa saja menjadikan perselisihan, perpecahan bahkan permusuhan antar saudara, oleh karena hati yang dipenuhi oleh ketamakan. Harta adalah sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup, dan melalui harta juga seseorang bisa menjadi berkat bagi orang lain. Namun orang yang tamak tidak akan pernah merasa cukup dengan apa yang dia punya, hanya selalu ingin menimbun sebanyak mungkin harta. Dia berpikir bahwa hidup dan keselamatannya tergantung kepada banyaknya harta yang dia kumpulkan. Tuhan Yesus mengingatkan bahwa kehidupan tidak bergantung kepada banyaknya harta, karena hidup adalah pemberian Tuhan, Sang Pemilik kehidupan. Oleh karena itu, Tuhan menyapa orang itu dengan cerita orang kaya yang ketika mendapatkan banyak panenan, dia mulai menambah banyak lumbung untuk menyimpan semakin banyak persediaan makanan. Dan dia berpikir bahwa jiwanya akan terpelihara dengan banyaknya makanan yang dia simpan. Padahal hidupnya berakhir malam itu juga, dan semua yang dia simpan tidak menyelamatkan nyawanya. Oleh karena itu, biarlah dalam menjalani kehidupan, pekerjaan dan pelayanan sehari-hari, hati kita terarah kepada Tuhan dan tidak dikuasai oleh hal-hal duniawi.