Yesaya 11 menjadi gambaran ideal bagaimana pembaruan yang dilakukan Tuhan. Pemulihan relasi terjadi di antara makhluk yang sebelumnya yang satu menjadi ancaman bagi yang lain. Serigala-domba, macan tutul-kambing, singa-lembu-anak kecil, lembu-beruang, anak menyusu-ular tedung, anak cerai susu-ular beludak ternyata bisa hidup berdampingan setelah dibarui oleh Tuhan. Pembaruan Tuhan ini dinubuatkan Yesaya akan terjadi melalui keturunan Isai. Roh Tuhan ada padanya, Roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan Tuhan akan membawa keturunan Isai ini memulihkan segala sesuatu. Dialah yang akan menghakimi dengan adil, tidak memandang rendah orang dan memberikan keputusan dengan jujur. Perkataannya menghajar bumi dan membuat orang fasik tidak mendapat tempat. Kebenaran dan kesetiaan akan diutamakan dan tidak akan ada lagi yang berbuat jahat. Pengenalan akan Tuhan akan memenuhi bumi dan pada saatnya segala suku bangsa akan tunduk kepada-Nya.
Nubuat Yesaya ini diserukan dengan kuat dan akan mendapat kegenapannya saat Yohanes datang dan menyampaikan seruan pertobatan. Yohanes mengatakan bahwa yang datang sesudah dia lebih berkuasa dan akan membaptiskan umat dengan Roh dan api. Yohanes menunjuk pada Yesus yang adalah keturunan Isai. Dialah sejatinya penggenapan dari pengharapan umat yang akan mengembalikan keharmonisan dalam dunia ini. Dalam menyambut kedatangan Sang Pembaru ini, Yohanes tampil di depan umat Israel dengan mengatakan bahwa kerajaan Sorga sudah dekat. Ajakan untuk bertobat menjadi seruan kuat yang bergema bagi seluruh umat. Kedatangan Yohanes menjadi penggenapan nubuat yang mengatakan bahwa akan ada suara yang berseru-seru di padang gurun supaya umat mempersiapkan jalan bagi Tuhan, supaya umat meluruskan jalan bagi Dia.
Yohanes mengajak umat untuk membarui diri dengan mengakui dosa dan memberi diri dibaptis. Pembaruan yang Tuhan lakukan perlu ditanggapi umat dengan menghasilkan buah-buah pertobatan. Setiap pribadi dapat menjadi bagian dari proses pembaruan yang dilakukan Tuhan. Keturunan Abraham dan profesi keagamaan bukan jaminan bahwa hidup mereka sudah berkenan di mata Tuhan. Gambaran kapak yang tersedia di akar pohon yang siap menebang pohon yang tidak menghasilkan buah pertobatan dan alat penampi yang akan memisahkan gandum dan debu jerami merupakan bagian dari pembaruan yang dilakukan Tuhan. Dia yang akan menghakimi dengan adil meminta pertanggungjawaban umat atas buah pertobatan yang mereka hasilkan.
Rasul Paulus dalam suratnya pada jemaat di Roma juga mengajak jemaat menjadi bagian dari pembaruan Tuhan. Panggilan jemaat adalah hidup yang memuliakan Tuhan. Yesus menjadi teladan bagaimana Dia menerima jemaat, menerima manusia yang berdosa untuk didamaikan dengan Tuhan. Rasul Paulus menunjukkan keteladanan Yesus yang menerima manusia berdosa karena saat itu di jemaat Roma terjadi perselisihan antara jemaat yang berlatar belakang Yahudi dan yang bukan. Mereka yang melakukan iman dengan masih dipengaruhi tradisi Yahudi dianggap sebagai yang lemah. Perselisihan dan saling menghina antar kelompok ini bisa diselesaikan jika mereka mau berharap pada pembaruan Tuhan. Pembaruan Tuhan membutuhkan kesediaan mereka menjadi bagian dari pembaruan itu. Kesediaan saling menerima menjadi tindakan yang menunjukkan bahwa mereka menjadi bagian dari pembaruan tersebut. Jika Yesus sudah menerima mereka, sudah seharusnya mereka juga menerima sesamanya. Muara dari semua itu adalah kemuliaan Tuhan. Yesus yang adalah taruk dari pangkal Isai yang akan memerintah bangsa-bangsa adalah letak pengharapan mereka mendapat pembaruan Tuhan.