Saudara, terkadang secara manusiawi sulit untuk mengerti apa maksud Tuhan bagi hidup kita. Karena keterbatasan kita sebagai manusia, terkadang rencana Tuhan membuat diri kita merasa sedih, marah, dan bahkan sampai menganggap bahwa Tuhan itu tidak adil. kita bertanya mengapa Tuhan tega “merusak” sesuatu yang sedang kita nikmati. Kita marah saat Tuhan tidak juga mengijinkan kita sesuatu yang sangat kita idam-idamkan, kita kecewa kalau masalah sepertinya dibiarkan saja untuk menjadi batu-batu yang tajam dalam hidup kita.
Atau saat kita kehilangan dan terpukul di kala Tuhan memanggil pulang orang yang kita kasihi. Seringkali kita berdebat mempertanyakan keputusan Tuhan, tidak jarang pula kita marah, mempersalahkan dan menuduh Tuhan. Dari sisi kemampuan daya pikir dan jarak pandang manusia memang demikian, tetapi ketahuilah bahwa pola pikir kita sangat terbatas dan pasti sulit untuk menjangkau apa yang terbaik menurut pandangan Tuhan yang jauh lebih besar. Membutuhkan sebuah perluasan hati agar kita mengerti serta memahami apa maksud Tuhan dan akhirnya dapat mengatakan bahwa “Tuhan itu baik di dalam hidupku”.
Saudara, di dalam bacaan Yohanes 11:1-45 ternyata Tuhan Yesus memiliki rencana yang indah dengan apa yang terjadi pada Lazarus, supaya Ia dapat bertindak melakukan suatu kebaikan yang bukan seperti diinginkan manusia, namun Tuhan Yesus ingin memperlihatkan kuasaNya yang besar. Sebab sebelum mengunjungi Lazarus, Yesus telah mengetahui bahwa Lazarus telah mati. Namun Yesus menyatakan sikapNya yang menunggu dua hari lagi supaya Ia pergi menjumpai Lazarus adalah supaya melalui kejadian itu “Anak Allah dimuliakan” (ay. 4) dan juga untuk memberikan pelajaran yang berharga akan pengenalan murid-muridNya tentang Tuhan Yesus untuk percaya bahwa Ia adalah Allah sumber kehidupan (ay. 15). Sehingga kedatangan Yesus untuk mengunjugi Lazarus bukan untuk menyembuhkan penyakit Lazarus sebagaimana harapan dari Marta, namun untuk membangkitkan Lazarus dari kematian.
Saudara, rasa sukacita ataupun dukacita diizinkan Tuhan untuk terjadi di dalam hidup kita, supaya nama Tuhan semakin dipermuliakan, kita sebagai anak-anak Allah diajarkan untuk selalu berharap penuh kepada kuasa Tuhan, bukan kepada kuasa lain. di dalam bacaan Roma 8:6-11,Tuhan menghendaki anak-anaknya untuk selalu mendasarkan segala keinginannya di dalam keinginan rohani diatas keinginan kedagingan. Supaya kita benar-benar mengerti apa maksud Tuhan, dan kita tidak egois untuk memaksa kehendak kita sendiri dan jika tidak menerimanya, kita menjadi marah kepada Tuhan, tentunya ini bukan sikap yang dikehendaki oleh Tuhan atas hidup anak-anaknya.
Saudara, di dalam minggu pra-paska ke lima (5) ini kita diajarkan menjadi anak-anak Tuhan yang selalu berharap di dalam kuasa dan penyertaan Tuhan. Sebagai anak-anak Allah, Jika kita mengalami derita di dunia ini marilah biarkan diri kita dipimpin oleh Roh Allah dan mari kita percaya bahwa hidup yang dipimpin oleh Roh Allah akan mengubahkan segalanya. Karena Allah sendiri adalah kasih, dan kasih Allah selalu menghidupkan anak-anak yang selalu hidup di dalam pengharapan. Tuhan menyertai saudara sekalian.