Dalam kehidupan iman, kita sering mendengar adanya orang-orang yang rela menderita, bahkan sampai mati untuk mempertahankan imannya. Mengapa mereka bisa memiliki keberanian dan kekuatan untuk menghadapi berbagai penderitaan tersebut karena iman? Salah satu jawabannya adalah karena orang itu benar-benar mengenal dan menerima Tuhan secara pribadi di dalam kehidupannya. Kristus merupakan satu-satunya penguasa atas segala sesuatu. Pemazmur melalui lagu kemenangan dalam Mazmur 46 juga mengagungkan kekuatan Tuhan yang melebihi kekuatan alam semesta. Kekuatan alam, keutamaan ciptaan, menjadi sarana bagi manusia untuk mengenal Tuhan secara lebih mendalam. Alam bukan untuk disembah, melainkan untuk dikagumi dengan rasa syukur yang ditujukan kepada Tuhan semesta alam.
Bila diperhatikan, dalam Bacaan II, untuk menghormati Kristus, Rasul Paulus juga memanfaatkan kekuatan alam. Rasul Paulus sangat mengharapkan supaya Jemaat Kolose memuji Kristus sebagai raja semesta alam. Karena Kristus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, yang lebih utama dari segala yang diciptakan. Kristus adalah empunya semua ciptaan, baik yang ada di sorga dan yang ada di bumi, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Dalam Kristuslah seluruh kepenuhan Allah diam. Itulah mengapa, Kristus dihormati oleh Gereja sepanjang masa sebagai Raja Semesta Alam.
Menariknya, dalam kisah Injil, sosok Kristus Sang Raja malah digambarkan sedemikian tidak berdayanya di kayu salib. Bahkan banyak hinaan dan olok-olok ditujukan kepada-Nya. Putra Allah itu dipermalukan sedemikian rupa. Para pemimpin mengolok-olok dengan mengatakan: “Orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri, jika Ia adalah Mesias, orang yang dipilih Allah.” Tak kalah sengit, para prajurit pun mengolok-olok Tuhan dengan mengunjukkan anggur asam kepada-Nya. Anggur asam merupakan jenis minuman yang layak bagi orang-orang rendah dan malang. Mereka juga mengatakan: “Jika Engkau adalah raja orang Yahudi, selamatkanlah diri-Mu!” Mereka juga memasang tulisan penuh hinaan dalam berbagai bahasa yang mengatakan: ”Inilah Raja Orang Yahudi!” Semua bangsa dari suku manapun diharapkan mengerti betapa hinanya Putra Allah yang disalibkan itu. Seolah larut dalam emosi para pemimpin dan prajurit, salah satu penjahat yang digantung di sisi Tuhan pun berbuat hal yang sama. Tidak sadar betapa ia sedang menyengsarakan nyawanya yang hampir meregang.
Namun siapa sangka bahwa penghinaan dan hukuman Salib itu justru melahirkan pengenalan akan sosok Yesus. Salah seorang penjahat yang disalib bersama Tuhan menegur keras temannya yang telah mengolok-olok Tuhan Yesus. Ia menerima penderitaan salib sebagai hukuman yang setimpal, sehingga ia pun berserah penuh kepada Sang Raja yang disalibkan bersamanya dan mengatakan: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” Oleh karena itu, biarlah kita juga bisa mewujudkan persekutuan yang menyatakan bakti kepada Kristus, Raja Semesta Alam.