Dalam kehidupan seseorang, ada hal yang sering tidak bisa ia sadari sendiri, sehingga membutuhkan orang lain untuk menunjukkannya. Seorang pegolf handal seperti Tiger Woods, tetap membutuhkan seorang pelatih. Bukan berarti bahwa pelatihnya tersebut lebih handal dibandingkan dirinya, tetapi ia membutuhkan seseorang untuk melihat sesuatu, misalnya kelemahan, yang tidak bisa ia lihat sendiri. Seringkali manusia gagal untuk menyadari akan keberadaannya yang sesungguhnya. Hal itu juga yang nampak dalam kehidupan umat Tuhan dalam Kitab Yesaya, dimana mereka gagal untuk melihat dosa-dosa mereka yang sangat luar biasa. Umat memang masih melakukan ritual dan kewajiban agama di tempat ibadah. Namun demikian, kehidupan mereka sehari-hari dipenuhi dengan kejahatan. Oleh karena itu, Allah menegur mereka dengan menunjukkan apa yang sebenarnya telah mereka lakukan dan bagaimana sikap tegas Allah terhadap perilaku mereka tersebut. Allah menyingkapkan dosa-dosa mereka agar mereka sadar, merendah, dan jujur mengakui kesalahan (Yesaya 1:16). Allah menghendaki agar mereka menyatakan pertobatan dengan perubahan kehidupan.
Zakeus juga merasakan bagaimana kehidupannya diubahkan dalam perjumpaannya dengan Tuhan Yesus. Zakeus dikenal oleh masyarakat sebagai orang yang tidak baik karena pekerjaannya sebagai kepala pemungut cukai. Pemungut cukai merupakan pemungut bea bagi kepentingan pemerintah Roma (penjajah), dan dalam prakteknya, mereka memang sering memeras rakyat. Setelah bertemu dengan Tuhan Yesus, Zakeus dapat melihat keberadaannya yang mungkin telah berbuat salah, sehingga bersedia membayar denda penuh (4 kali lipat) jika dalam tugasnya ia memeras seseorang. Bahkan dia akan memberikan setengah dari hartanya kepada orang miskin. Zakeus mampu untuk menyadari kehidupannya yang terikat kepada harta duniawi, jujur mengakuinya kepada Tuhan, dan bertekad untuk mengubah kehidupannya.
Pertobatan memang harus dinyatakan dengan tekad untuk menyatakan kehidupan yang berkenan kepada Tuhan. Hal tersebut yang nampak dalam kehidupan jemaat Tuhan di Tesalonika. Mereka berusaha menyatakan kehidupan di dalam perbuatan baik (I Tes 1:11). Hal itulah yang membanggakan Rasul Paulus dan rekan-rekannya sehingga diharapkan mampu menginspirasi jemaat-jemaat lain dalam mempraktekkan kasih.
Dalam kehidupan saat ini, memang masih banyak orang yang hidup dengan memakai topeng. Terlihat saleh, santun, bahkan menjadi tokoh dalam kehidupan keagamaan, tetapi ternyata mereka tega melakukan kejahatan, melakukan korupsi, dan tidak peduli dengan sesamanya. Kesalehannya hanyalah tutup/topeng atas kejahatannya. Bisa jadi mereka masih belum sadar bahwa kehidupan seperti itu tidak berkenan kepada Tuhan. Firman Tuhan hari ini menunjukkan bahwa seseorang yang berkenan kepada Tuhan bukanlah orang yang sempurna dalam kehidupannya. Tetapi seseorang yang berkenan kepada Tuhan adalah seseorang yang mampu menyadari keberadaannya, mengakui dosa-dosanya kepada Tuhan, dan mengandalkan pertolongan Tuhan untuk menyatakan kehidupan yang seturut dengan kehendaknya.