Hidup benar di dalam Tuhan adalah hidup yang setotal-totalnya dipasrahkan, diarahkan dan diorientasikan pada Tuhan. Hidup yang segala pikiran, perkataan dan tindakan disoroti dengan firman Tuhan. Hidup yang dalam hal kepemilikan, entah uang, harta benda, keturunan dihayati sebagai milik Allah. Rela hidup sederhana, hidup apa adanya, hidup yang tidak berambisi mempunyai dan menguasai segala sesuatu, hidup yang mencukupkan diri dengan apa yang ada, hidup yang tidak mengejar kekuasaan dan kedudukan, tidak berambisi dengan harta dan benda. Tetapi bukan berarti hidup tanpa cita-cita, tanpa keinginan, tanpa perencanaan, tanpa hasrat maju. Hidup benar adalah menyelaraskan segala sesuatu dengan kehendak Tuhan.
Kesaksian hidup yang diorientasikan (diarahkan) pada kehendak Tuhan ini dapat kita lihat dihayati dalam hidup Abram atau Abraham. Abraham diajak “nglari”, meninggalkan rumah, sanak saudara dan kampung halaman. Keluar dari ikatan primordialis untuk sebuah rencana baru Tuhan. Rencana yang menyangkut hidup dan sejarah manusia yang lebih luas lagi. Namun jalan ini tidak mudah. Banyak ketidakjelasan. Misalnya tentang berkat dan janji keturunan yang dijanjikan Allah, sampai jauh perjalanan Abraham tetap belum ada tanda-tanda. Abraham bisa jatuh dalam kejenuhan, cengklungen, dan hilang kepercayaan pada Tuhan. Kalau manusia hilang kepercayaan pada Tuhan, terlebih hilang asa/harapan, apalagi yang bisa dilihat dan diharapkan? Namun Tuhan adalah Allah yang setia. Allah yang bukan sia-sia jika Abraham mempertaruhkan hari depan, masa depan dan kebahagiaan hidup pada-Nya. Dan Abraham rela berdialog, mendengar Allah, membuka hati dan pikirannya. Cukup itu bagi Allah untuk terus memberkati dan mengukuhkan janjinya pada Abraham.
Senada dengan itu maka nasihat dalam Lukas 12: 32- 34 agar manusia tidak terpaut dengan harta duniawi penting untuk diperhatikan. Manusia harus lebih mengutamakan harta sorgawi. Karena harta sorgawi langgeng, abadi dan memberikan kebahagiaan sejati. Tapi apa maksudnya perbedaan antara harta duniawi dan harta sorgawi? Harta Sorgawi bukanlah harta bendawi dengan kategori duniawi, seperti emas, uang, harta, dan sejenisnya. Harta sorgawi adalah suasana damai, suasana tenteram, suasana bahagia. Harta sorgawi yang demikian inilah yang dirindu oleh Abraham.
Orientasi pada harta sorgawi yang demikian, menciptakan sikap dan penghayatan yang sangat lain terhadap harta duniawi. Yakni akan mengelola setiap harta duniawi untuk mendatangkan kebahagiaan, kedamaian dan Ketenteraman Sejati, Atau Alat Terwujudnya Kebahagiaan Sorgawi. Orang terberkati melalui uang, benda dan harta yang Allah berikan kepada kita dan yang kita salurkan pada sesama.