Renungan BHS Indonesia

Yohanes 12:20-33

Saudara, Kehadiran orang-orang Yunani yang semula menolak Yesus ternyata tidak mengganggu sukacita dan kegirangan yang telah tercipta. Bahkan para murid yang biasanya emosional, kali ini bersikap wajar. Kedatangan mereka untuk melihat Yesus dan bergabung bersama-sama orang Yahudi yang percaya kepada Kristus dipandang oleh Tuhan Yesus sebagai saat yang tepat untuk memberitakan kabar kematian-Nya.

Saat semua orang telah berkumpul, mereka mendengarkan berita penggenapan rencana Allah di dalam diri Yesus. Tuhan Yesus berbicara tentang diri-Nya sebagai Anak Manusia yang telah ditentukan jalan hidup-Nya, mati bagi orang banyak (Ay. 23). Ia juga berbicara tentang kemuliaan yang akan diterima-Nya dari Allah saat Ia mengurbankan diri-Nya bagi orang banyak. Ia menggunakan ilustrasi satu biji yang harus mati supaya menghasilkan banyak buah. Ia mengumpamakan kematian-Nya seumpama biji itu, kematian-Nya akan menghasilkan banyak kehidupan (Ay. 24).

Waktunya sudah dekat dan Yesus tidak gentar menghadapi kematian-Nya walaupun Ia tahu waktunya sudah dekat. Hal ini harus dijalani oleh Yesus karena pertama, Yesus mempercayakan diri dan hidupnya kepada Allah. Ia sungguh-sungguh menyadari bahwa tujuan kematian-Nya adalah untuk menebus dosa dan menyelamatkan umat manusia (Ay. 27). Kedua, melalui kematian-Nya, hubungan manusia dan Allah dipulihkan. Peristiwa inilah yang menjadi puncak perwujudan rencana agung Allah.

Saudara, bisakah kita membayangkan jika kita menjadi Yesus? Dari sisi manusiawi Yesus yang bisa merasakan takut, khawatir, sakit bahkan kematian apalagi Yesus mengetahui dengan jelas hal apa yang akan Ia jalani yaitu peristiwa penyaliban. Secara manusiawi jika kita mencoba memposisikan diri kita seperti Yesus, mungkin kita akan mencari segala cara untuk bebas dan keluar dari masa depan yang menakutkan, tetapi tidak dengan Yesus! Dengan kuat hati dan ketaatan Ia mengatakan “telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan”. itu semua dijalani oleh Yesus demi kembalinya hubungan antara Allah dan manusia dosa. Yesus seakan-akan tidak peduli kematian yang berada didepan mata karena kasih yang melampaui diriNya sendiri.
Di dalam Minggu Prapaskah V ini, marilah kita menghayati dan mengingat betapa luar biasa kasih Allah untuk diri kita. Kita yang seharusnya menerima penghukuman kekal, tetapi karena pengorbanan Yesus di kayu salib kita dibebaskan dari kuasa maut! Maka dari itu, marilah kita bersyukur dan bertobat atas dosa-dosa yang sudah kita lakukan. Amin.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.