Kemarin aku telah membuat ia menangis karena menumpahkan susu di kemeja kerja-ku.
Dan hari ini aku telah membuat ia menangis lagi karena menyobek-nyobek file pekerjaan-ku.
Beberapa hari yang lalu aku juga telah membuat ia menangis karena memecahkan pajangan bunga kristal di ruang tamu.
Sudah sering ia menangis karena aku larang bermain ini dan itu.
Akh… seandainya aku cepat menyadari bahwa engkau masih kecil, tentu aku tidak akan menjadi pemarah dan membuatmu menangis anak-ku.
Bukankah aku dulu juga sering memecahkan barang-barang milik orangtua-ku?
Bukankah aku dulu juga sering mencorat-coret dinding rumah orangtua-ku?
Bukankah aku dulu juga sering melakukan apa yang di lakukan oleh anak-ku saat ini.

Maafkan aku nak, ayahmu terlalu egois dan pemarah.
Seharusnya aku mengajakmu bermain, mengajarimu menggambar, menyuapi makanan kesukaan-mu dan melakukan hal-hal yang bisa membuatmu senang.
Bukankah itu yang di lakukan oleh orangtua-ku saat aku masih kecil sepertimu anak-ku?

* * * * * * * * * * * * *

Begitu juga dengan diri kita saat ini.
Kita selalu melakukan kesalahan setiap hari.
Kita selalu melakukan hal-hal yg kita sukai walaupun hal itu mungkin merugikan bagi orang lain.
Tetapi pernahkah Tuhan marah kepada kita seperti kita marah kepada anak kita jika dia melakukan kesalahan kecil?

Tidak!!!

Sumber :
Tuhan tidak pernah marah.
Tuhan tidak pernah egois.
Tuhan selalu memberikan apapun yang kita inginkan.
Tuhan selalu membiarkan apapun yang kita lakukan.
Tuhan terlalu sayang kepada kita.
Bahkan pada saat kita melakukan kejahatan-pun, Tuhan masih membiarkannya. Sudah berapa banyak uang perusahaan yang kita gelap-kan? Sudah berapa banyak hati orang yang kita sakiti? Sudah berapa banyak pelanggaran-pelanggaran norma agama, norma sosial, norma kemanusian yang kita lakukan? Sudah berapa banyak orang yang kita ajak berbuat jahat?

Mengapa Tuhan membiarkan itu semua terjadi pada diri kita?
Karena Dia ingin agar kita bertobat,
Karena Dia ingin agar kita menghapus dosa-dosa dalam hidup kita,
Karena Dia ingin agar kita selalu belajar dari setiap kesalahan yg sudah kita lakukan.

Bisakah kita mencintai dan menyayangi anak kita, istri kita, keluarga kita dan teman-teman kita seperti Tuhan mencintai dan menyayangi manusia? . . .

Sumber: joyo222.wordpress.com

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.