Suatu cerita yang menarik ketika Tuhan Yésus memberi pengajaran melalui perumpamaan pokok anggur dan ranting. Dengan perumpamaan ini, Tuhan Yésus menegaskan akan keterikatan para murid dengan Diri-Nya. Keterikatan tersebut adalah keterikatan dalam menjalankan kehendak Allah/ Bapa. Sabda Tuhan Yésus: “Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya.” (Yoh. 15: 1). Ada kehendak Allah yang terwujud dalam kehidupan Tuhan Yésus. Selanjutnya Tuhan Yésus juga menaruh percaya kepada para murid, bahwa mereka juga dapat melakukan apa yang dikehendaki Allah, Bapa-Nya itu. “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya.” (Yoh. 15: 5a). Syarat supaya bisa melakukan yang dikehendaki Allah Bapa adalah “Barangsiapa di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab. Di luar aku, kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yoh 15: 5b). Di sini dimaksudkan adanya suatu keterikatan yang memberi kamampuan untuk lebih berdaya guna dari para murid dan bukannya membatasi untuk mandiri.
Para murid dikehendaki untuk selalu mengikatkan diri kepada Gurunya dan selanjutnya juga dikehendaki untuk “berbuah banyak.” Artinya supaya Injil Tuhan diberitakan kepada banyak orang atau dunia. Dunia ini dimaksudkan sebagai tujuan kasih Allah. Seolah mewakili kerinduan dunia akan kasih Allah, seorang Sida-Sida dari Etiopia berkata: “Bagaimana aku dapat mengerti kalau tidak ada yang membimbing aku?” (Kis. 8: 31; Bdk. Roma 10: 14-15). Perkataan tersebut disampaikan kepada Filipus, sewaktu dia berusaha memahami Firman Tuhan yang terdapat dalam kitab nabi Yésaya. Suatu kerinduan yang membutuhkan petunjuk ke arah kasih Allah. Dengan demikian kehadiran seorang seperti Filipus yang bersedia dipakai Tuhan untuk memberitakan kasih Allah sangatlah dibutuhkan. Melalui kisah Filipus ini, dinyatakan bahwa Injil Tuhan harus dikabarkan kepada semua orang, bahkan kepada orang-orang di luar bangsa Yahudi. Artinya, Injil harus diberitakan kepada seluruh bangsa. Injil atau kabar kesukaan atau kabar keselamatan dari Allah itu harus menembus batas-batas ke-Yahudi-an. Bukan kepada bangsa Yahudi/ Israèl saja karya keselamatan dari Allah itu ditujukan! Bukankah Allah Israèl adalah Allah bagi bangsa-bangsa lain juga? Dalam hal inilah Juru Mazmur mengatakan: “Segala ujung bumi akan mengingatnya dan berbalik kepada Tuhan; dan segala kaum dari bangsa-bangsa akan sujud menyembah dihadapanNya. Sebab Tuhan yang empunya kerajaan, Dialah yang memerintah atas bangsa-bangsa.” (Mazmur 22: 28-29).
Suatu kesaksian yang indah dari Pemazmur bahwa dari dulu memang Allah Israèl adalah Allah bagi bangsa-bangsa lain, yang menentukan kehidupan segala bangsa. Sungguh, bahwa Tuhan tidak pernah membatasi kasih-Nya. Hal tersebut dikatakan oleh Rasul Yohanes dengan perkataan: “… sebab Allah adalah kasih.” (I Yohanes 4:8). Kasih Allah itu bersifat universal. Semua bangsa dari manapun juga berhak sebagai sasaran kasih Allah. Dengan pernyataan tersebut, Rasul Yohanes hendak menjelaskan bahwa Allah itu universal dan kasih Allah itu menembus batas-batas kehidupan manusia! Demikian juga karya penyelamatan yang dari Allah juga harus menembus batas, yaitu bagi dunia. Semangat inilah yang diberikan Tuhan kepada Rasul Pétrus ketika Tuhan memerintahkan Pétrus untuk memakan semua binatang yang dianggap haram (Kis. 10: 11-16). Termasuk pula panggilan kepada Rasul Paulus sebagai Rasul bagi bangsa-bangsa lain (Kis.9:15).