Ayat : Yohanes 10:1-10
Siapa yang tak ingin memiliki hidup yang berkelimpahan? Tidak lagi ada kelaparan, mampu merasakan damai sejahtera, semua kebutuhan dari sandang, pangan, dan papan semua tercukupi, tidak ada lagi penderitaan. Betapa menyenangkan sekali kehidupan tersebut. Hal tersebut pasti merupakan hal yang dirindukan banyak orang, walau makna berkelimpahan bagi tiap orang bisa berbeda.
Namun nampaknya kehidupan yang demikian nampak mustahil kita rasakan, karena penderitaan merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan kita. Ibarat dua sisi mata koin yang berbeda. Tanpa penderitaan kita tidak akan mensyukuri makna dari kebahagiaan, namun jika kita terus menderita tanpa harapan akan kebahagiaan maka kita akan menyerah dalam kehidupan kita.
Bahkan melalui perikop bacaan kita hari ini kita diingatkan melalui perkataan Tuhan Yesus bahwa ada “pencuri dan perampok” yang ingin membunuh dan membinasakan para kawanan domba. Hal ini membuktikan bahwa kehidupan kita tidaklah jauh dari segala mara bahaya dan penderitaan yang mengancam kita. Namun Tuhan Yesus yang adalah gembala yang sejati itu tidak akan membiarkan kita kawanan domba-Nya menghadapi pencuri dan perampok tersebut.
Melalui perumpamaan gembala, pintu, dan domba-domba, Yesus menyatakan bahwa kedatangan-Nya ke dunia adalah untuk memberi hidup yang berkelimpahan (ayat 10). Gambaran Yesus sebagai gembala dan pintu bagi umat sebagai kawanan domba merupakan gambaran yang lazim pada zaman itu. Pada masa itu, kandang domba hanya memiliki satu pintu. Lewat pintu itu, domba-domba dibawa masuk ke dalam kandang sehingga terlindung dari mara bahaya dan selalu selamat. Lewat pintu itu juga mereka dibawa keluar untuk menemukan padang rumput dan makan sekenyangnya (ayat 9). Pintu memberikan jaminan keselamatan bagi kawanan domba. Gambaran Yesus sebagai pintu menyatakan bahwa Yesuslah satu-satunya jalan keselamatan yang membawa orang percaya kepada hidup. Hanya melalui Yesus sajalah seseorang menemukan hidup.
Hidup yang Yesus berikan itu bukanlah hidup yang biasa, melainkan hidup yang penuh dan berkelimpahan. Bahasa aslinya menggunakan bentuk perbandingan untuk menyatakan hidup dalam tingkatannya yang tertinggi. Hidup bukan dalam arti biologis saja melainkan menunjuk pada suatu kualitas hidup: hidup yang utuh, yang mengenal Allah sebagai satu-satunya Allah yang benar dan mengenal Yesus Kristus yang telah Dia utus (Yoh. 17:3). Itulah hidup sejati, yang kekal, yang hanya bisa diperoleh dari Yesus ketika kita percaya dan menundukkan diri dihadapan kuasanya. Hidup yang berkelimpahan yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus bukan berarti hidup yang akan merasa terus bahagia dan tidak akan merasa penderitaan, namun hidup dimana damai sejahtera dan pertolongan dari Tuhan terus dinyatakan dalam kehidupan kita bahkan di kondisi penuh penderitaan.
Untuk itu kita yang sudah diberikan kehidupan yang demikian pantaslah kita bersyukur untuk anugerah tersebut, dan menggunakan kehidupan kita sebaik mungkin. Hidup yang kita terima itu adalah kesempatan bagi kita melayani Tuhan. Hidup yang kita terima itu merupakan kesempatan kita untuk terus menunjukkan kasih Allah kepada sesama kita. Itulah karya nyata yang bisa kita perbuat untuk menyaksikan Allah kepada orang lain yang belum mengenal Kristus dalam hidup mereka. Diakhir kata saya mengajak bapak-ibu, saudara untuk kita Menyaksikan Allah dalam karya nyata!