Ul 18:15-20; Mz 111; I Kor 8:1-13; Mrk 1:21-28
Hikmat didapatkan oleh Rasul Paulus karena pengakuannya “… bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang … (I Kor 8:6). Oleh karena iman kepada Allah sebagai pencipta segala sesuatu, Rasul Paulus menemukan rahasia hikmat, yakni Kristus sebagai Tuhan. Kristus adalah alasan segala sesuatu dijadikan dan karena Dia ada anugerah hidup kekal. Melalui Kristus, Rasul Paulus benyak belajar tentang nilai kehidupan. Ia yang serupa dengan Allah tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan (Fil 2:6). Ia yang empunya segala kehormatan dan tanpa dosa berkenan mengikuti segala peraturan dan tradisi ritual. Dari situlah tersingkap kerendahan hati yang melahirkan rasa hormat kepada setiap orang. Rasa hormat inilah yang melahirkan hikmat, seperti diungkapkan pemazmur: “Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan.” Orang-orang yang berhikmat juga adalah orang yang berakal budi baik. Dengan akal budi yang dibimbing hikmat, selanjutnya manusia belajar tentang kesetiaan dan batasan-batasan yang ada dalam dirinya. Dengan mengenal batasan-batasan kemampuan dan ketidakberdayaan yang ada dalam dirinya maka manusia bisa tinggal dalam kebahagiaan. Perasaan bahagia ini sangat membantu dalam rangka manusia menerima dan mewujudkan takdir penciptaan: memuji, menghormati, dan mengabdi kepada Tuhan Sang Pencipta Semesta.Ketika datang ke dunia, memasuki ruang dan waktu dengan menjadi manusia, Tuhan Yesus tentu sangat paham batasan-batasan kemanusiaan yang melekat dalam diriNya.
Tidak heran jika segala pendidikan dan tradisi dalam keagamaan Yahudi, dengan semua ritualnya diikuti oleh Tuhan Yesus dengan penuh tanggung jawab. Buah dari ketekunan menyadari batas-batas kemanusiaanNya inilah yang membuat pengajaran Tuhan penuh kuasa. Segi tubuh, sifat manusiawi yang sering dipandang hina, menemukan martabatnya kembali berkat kedatangan Tuhan dalam wujud manusia seperti kita. Daya-daya manusiawi menemukan bentuknya sesuai maksud penciptaan yakni untuk memuji, menghormati, memuliakan dan mengabdi Allah. Di sinilah pentingnya latihan kesadaran, sehingga mnusia tahu betul batasan-batasan kemampuannya.
Dengan belajar dari Yesus, Sang Guru, mengikuti jejak dan peristiwa-Nya di dunia sebagaimana dibentang dalam tahun liturgi, maka kita akan hidup oleh hikmat Allah.Dalam rangka menuntun orang-orang menghidupi hikmat Allah, diutuslah nabi-nabi untuk mengajar dan menerangkan hikmat Allah itu. Hikmat Allah adalah firman Allah yang harus didengarkan dengan baik oleh para nabi sebelum disampaikan kepada umat. Karena itu, para nabi yang semaunya sendiri berbicara, gampang omong sembrono dengan mengatasnamakan Tuhan, harus dihukum mati. Gereja perlu memahami sejelas-jelasnya aspek ini. Fungsi kenabian yang mesti ada dalam Gereja perlu didasari pengertian yang terang tentang segi ini. Disinilah pentingnya bagi para pelayan Gereja untuk mendalami rahasia hikmat, yaitu kasih. Kasih Allah di dalam Kristus adalah rahasia hikmat itu. Mengamalkan pengetahuan dengan berlandaskan kasih berarti tidak pernah mengijinkan diri kita berlaku tanpa kendali. Apalagi hingga membuat orang yang lemah iman tersandung hidupnya.