Ciptaan baru itu dari Allah, dari karya pengampunan Allah yang Maha Penyayang. Bukan dari manusia, walaupun manusia tidak boleh tinggal diam seperti benda atau robot. Peran manusia adalah mau terbuka, sadar, menyesal, dan melakukan pertobatan yang sungguh-sungguh. Dalam pengalaman iman umat Israel menjelang memasuki tanah perjanjian di bawah pimpinan Yosua dan juga Pemazmur 32, tampaklah Tuhan begitu setia dalam sikap pengampunan-Nya. Kesalahan umat pada masa lalu sudah digulung, dihapuskan. Demikian juga kesalahan dan dosa pribadi Pemazmur sudah diampuni. Pengalaman iman ini terjadi dalam proses yang di dalamnya manusia terlibat dan memberi tanggapan. Umat dan setiap pribadi yang diampuni menanggapi kasih Tuhan dengan pengakuan dosa, penyesalan, dan kesediaan untuk hidup dalam kehendak-Nya. Pengampunan Tuhan membuahkan pemulihan hidup. Umat dan pribadi yang nyaris hancur karena dosa dihidupkan kembali.
Pengalaman iman Paulus juga pertama-tama mengalir dari penerimaan dan pengampunan Allah. Manusia lama Paulus yang penuh arogansi agamawi dan kekerasan diubah menjadi manusia baru. Pembaruan ini disebut ciptaan baru. Ciptaan baru di dalam Kristus. Yang lama tidak ada lagi! Pengalaman diperdamaikan dengan Allah ini menjadi dasar dari perutusan Paulus sebagai duta perdamaian. Paulus selalu menyerukan agar pertama-tama, “Perdamaikan dirimu dengan Allah!” Perdamaian dengan Allah dimulai dari Allah dan bukan manusia. Setelah Allah berinisiatif dan mengulurkan tangan, “Salam damai bagimu!” maka manusia harus terbuka untuk memperdamaikan dirinya dengan Allah. Dari sinilah mengalir perdamaian yang utuh, dengan Allah dan dengan manusia lain.
Puncak atau klimaks dari pewartaan kita baca dalam bacaan Injil yang menegaskan pengampunan Allah Bapa tanpa syarat. Allah adalah Bapa yang penyayang dan Maha Pengampun. Allah menerima kembali manusia yang bertobat dan memulihkan kemanusiaan yang sudah hancur dan hilang karena dosa yang demikian dahsyat. Manusia yang diterima dan diampuni oleh Allah, menjadi ciptaan baru atau manusia baru. Manusia yang mati tetapi hidup kembali (ay. 32). Manusia yang tidak lagi dibelenggu dosa dan masa lampau yang kelam. Manusia yang berani berjalan dan hidup baru menapaki hari ini dan masa depan. Penerimaan dan pengampunan tanpa syarat! ! Cobalah cari dengan baik bacaan kita ini dan kita tidak akan menemukan syarat yang dituntut sang bapa dalam perumpamaan itu! Seringkali, pertobatan dianggap syarat, namun sebenarnya pertobatan bukan syarat yang dituntut oleh sang Bapa. Pertobatan adalah tanggapan dari anak bungsu. Bahkan dengan sedih kita tidak mendengar tanggapan pertobatan dari anak sulung yang arogan itu.