Renungan BHS Indonesia

Setiap orang pasti memiliki rencana, cita-cita, mimpi, baik untuk dirinya, keluarga, gereja dan masyarakat. Ketika menyusun rencana, kita merasa bahwa rencana itu baik menurut pertimbangan kita, sehingga kita berdoa dan mengupayakan agar rencana tersebut terwujud.

Kita gembira jika rencana atau impian kita menjadi kenyataan.

Tetapi bagaimana seandainya impian atau rencana kita tidak berjalan seperti yang kita inginkan? Bukankah sering kali kita kecewa, sedih, dan marah kepada Tuhan? Tuhan Mahatahu, Dia tahu perjalanan hidup kita ke depan. Sementara, pandangan kita sangatlah terbatas. Salah Satu hal yang perlu kita lakukan dalam hidup kita adalah taat kepada Firman Tuhan apapun kondisi yang sedang kita alami.

Ketaatan kepada Tuhan akan memampukan kita untuk mengerti dan melihat rencana Tuhan dalam hidup. Di dalam Matius 3:13-17, mula-mula Yohanes menolak membaptis Tuhan Yesus, karena ia merasa bahwa Tuhan Yesus jauh “lebih besar” darinya (13). Tetapi setelah Tuhan Yesus menjelaskan, Yohanes pun tunduk melakukannya (15). Kadang-kadang kita keberatan atau bersikeras untuk tidak mentaati Tuhan karena kita kurang mengerti, karena kita memakai pikiran kita, padahal banyak sekali perbuatan-Nya yang ajaib.

Ketaatan membutuhkan pengorbanan. Tuhan Yesus menganggap baptisan itu penting. Oleh karena itu, jauh dari Galilea Tuhan datang ke Yordan untuk dibaptis oleh Yohanes. Tuhan Yesus mentaati Bapa-Nya dalam segala hal. Penyerahan diri-Nya membawa Tuhan dari puncak popularitas menuju keadaan dimana Tuhan akan ditinggalkan. Dari keadaan dielu-elukan orang banyak menuju pada penderitaan dan kesendirian.

Setelah Tuhan Yesus selesai dibaptis dan keluar dari air, maka langit terbuka sebagai simbol bahwa Tuhan Yesus telah memperbaharui hubungan yang telah retak antara Allah dengan manusia dan Tuhan Yesus sendirilah yang menjadi jalan pendamaian itu. Lalu, Roh Allah turun ke atas Tuhan Yesus sebagai simbol pelantikan / peneguhan dan suara yang dari sorga “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” sebagai simbol pengutusan dalam memulai tugas pelayanan. Dalam peristiwa ini Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia, bahkan ke-Tritunggalan Allah sekaligus juga dinyatakan melalui peristiwa pembaptisan.

Oleh karena itu, marilah dengan kerelaan hati kita taat kepada Tuhan dalam segala hal, karena kita tahu bahwa terlalu besar jumlah berkat-Nya kepada kita untuk dihitung (Maz 40:6). Percayalah kepada Tuhan, Dia yang memegang kendali dan kitapun selalu dibimbing-Nya di dalam penyertaan Roh Kudus. Dengan demikian kita bisa berserah dan tidak dikuasai oleh kekhawatiran. Jangan merasa kecewa, marah, kecil hati ketika rencana kita tidak seperti yang kita harapkan. Percayalah Tuhan menyediakan yang lebih baik bagi kita.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.