Kedatangan orang yang kita kasihi, hormati atau rindukan adalah hal yang menggembirakan. Itulah yang dirasakan oleh Marta dan Maria ketika menyambut kedatangan Tuhan Yesus. Mereka menyatakan keramahan dan melayani Tuhan sebagai tamunya. Maria menyambut Tuhan dengan duduk dekat kaki Tuhan Yesus dan mendengarkan Tuhan. Dia meninggalkan kesibukannya yang lain dan memberikan dirinya untuk bersama dengan Tuhan Yesus.
Berbeda dengan Maria, Marta menyatakan rasa gembira atas kedatangan Tuhan Yesus dengan sibuk melayani Tuhan. Nampak bagaimana Marta ingin memberikan pelayanan atau hidangan yang terbaik bagi Tuhan. Mereka benar-benar menyambut Tuhan Yesus dengan kasih dan pengabdian.
Sama dengan Maria dan Marta, dalam Kejadian 18:1-10a dikisahkan bahwa Abraham menyambut kedatangan tamu di rumahnya (kemahnya) dengan ramah dan melayani dengan luar biasa. Pada awalnya dikatakan bahwa Tuhan menampakkan diri kepada Abraham (Kej 18:1). Setelah itu, Abraham melihat 3 (tiga) orang, yang tidak dijelaskan secara jelas apakah ketiga orang itu salah satunya adalah Tuhan, atau ketiganya melambangkan kehadiran Tuhan. Namun jelas, Abraham menunjukkan keramahan dan kerendahhatiannya kepada tamu yang datang itu. Ia mempersilahkan mereka dan menyatakan akan melayani. Abraham menyambut tamu-tamunya dengan rendah hati dengan mengatakan akan menghidangkan sedikit air dan sepotong roti. Dimana kita menyaksikan bahwa yang dihidangkan Abraham bukan hanya sedikit, tetapi suatu hidangan yang layak bagi seorang raja, yaitu roti dari tepung yang terbaik, lembu yang terbaik, dadih dan susu. Ia juga menyatakan siap melayani tamu-tamunya dengan berdiri di dekat tamu-tamunya sementara mereka makan. Kenyataannya, kehadiran tamu-tamu ini dirasakan Abraham dan keluarganya sebagai kehadiran ilahi. Abraham mendapatkan kembali janji Tuhan yang akan memberikan keturunan kepadanya melalui Sara, istrinya.
Menyambut kehadiran Tuhan dengan kasih dan pengabdian sama seperti Maria, Marta dan Abraham seharusnya juga dinyatakan oleh anak-anak Tuhan. Itulah yang telah dinyatakan Rasul Paulus dalam hidupnya. Dia menyambut Tuhan dengan kasih dan pengabdian dengan mengubah kehidupan lamanya ke dalam kehidupan baru. Kehidupan sebagai penganiaya jemaat berubah menjadi pelayan jemaat Tuhan. Dia mengabdikan hidupnya untuk melayani jemaat Tuhan walaupun penuh dengan penderitaan. Kita saat ini juga diundang untuk menyambut Tuhan dengan kasih dan pengabdian. Dan firman Tuhan hari ini menyatakan bahwa menyambut Tuhan sama dengan menyambut sesama dengan baik. Sesama adalah tamu yang harus kita hormati, kasihi, dan layani. Menyambut sesama seperti menyambut Tuhan sendiri. Dan orang yang memperlakukan tamunya dengan baik, adalah orang yang akan menjadi tamu di rumah Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang akan diam di Rumah Tuhan, seperti dinyatakan dalam Mazmur 15.