Sebagai anak-anak Tuhan, orang percaya masih berada dalam perjalanan menuju kepada kesempurnaan keselamatan. Dalam perjalanan tersebut, orang percaya berhadapan dengan berbagai godaan dan persoalan yang bisa menggoyahkan iman atau bahkan membuat orang percaya kehilangan imannya.
Dalam kehidupan saat ini, salah satu tantangan yang dirasakan sangat kuat misalnya kebutuhan ekonomi atau gaya hidup yang mengarah kepada pemenuhan kebutuhan materi. Manusia dipenuhi keserakahan untuk meraup lebih banyak bagi dirinya sendiri, sehingga terjatuh pada tindakan-tindakan yang salah. Oleh karena itu, persekutuan anak-anak Tuhan dipanggil untuk bersama-sama menjaga kehidupan iman menghadapi berbagai tantangan. Umat diundang untuk saling memperhatikan, menguatkan dan mengingatkan.
Dalam pelayanan memimpin Bangsa Israel menuju Tanah Perjanjian, Nabi Musa berhadapan dengan umat yang dipenuhi nafsu rakus. Tantangan tersebut datang sangat kuat dari orang bukan umat Israel yang ikut keluar dari Mesir. Mereka memancing hati umat dengan nafsu makan daging, seperti yang mereka bisa dapatkan ketika berada di Mesir. Keinginan akan daging membuat umat Tuhan lupa bahwa mereka saat itu telah dipelihara Tuhan dengan roti dari sorga yaitu “manna” yang setiap hari mereka terima. Mereka bersungut-sungut dan marah kepada Tuhan, melalui Musa sebagai pemimpin mereka. Nabi Musa merasakan beratnya beban pelayanannya atas sungut-sungut umat Tuhan tersebut. Nabi Musa merasakan sendirian dan mulai merasa lelah sehingga lebih baik baginya jika dia diberikan kematian. Menanggapi hal tersebut, Tuhan memerintahkan kepada Nabi Musa memilih 70 orang tua-tua untuk memikul tanggung jawab bersama dalam kemah Tuhan. Maka turunlah Roh Tuhan atas 70 tua-tua tersebut untuk berkarya bersama dengan Nabi Musa dalam menjaga iman dan kesetiaan umat Tuhan.
Pelayanan yang dikerjakan bersama-sama tentu akan berjalan semakin baik. Namun demikian, sering kali ada ego dalam kehidupan para pelayan Tuhan sehingga menghambat keterlibatan orang lain dalam pelayanan. Murid-murid Tuhan juga tidak senang ketika ada orang yang bukan pengikut Tuhan mengadakan mujizat mengusir setan dalam nama Yesus sehingga mereka mencegahnya. Para murid merasa bahwa hanya mereka saja yang memiliki hak atas pelayanan tersebut. Terlebih ketika saat itu mereka baru saja memperdebatkan tentang siapa yang terbesar di antara mereka. Kehadiran dan keterlibatan orang lain dalam pelayanan, mereka rasakan sebagai pesaing yang mengancam posisi mereka. Tuhan Yesus mengajar mereka untuk tidak mencegah seseorang yang melayani atau melakukan mujizad dalam nama Tuhan.
Sebagai jemaat Tuhan, kita diundang untuk saling melayani, menopang dan mengingatkan. Biarlah jemaat Tuhan bisa saling memperhatikan, mengasihi dan saling mendoakan. Dao yang dipanjatkan dengan iman besar kuasanya, sehingga akan menjadi berkat bagi jemaat. Misalnya menjadi kesembuhan bagi jemaat yang sakit. Jemaat seharusnya juga saling menolong agar ketika ada yang melakukan pelanggaran atau dosa, mereka bisa dibawa kembali untuk bertobat. Mari kita berkarya bersama dalam menjaga kehidupan umat agar semakin banyak berkat bisa dibagikan dan dinikmati bersama.