Manusia sering meletakkan pengharapan kepada apa yang dilihat, bukan kepada janji-janji yang Tuhan nyatakan dalam kehidupannya. Manusia menjadi tenang akan masa depan jika dia sudah memiliki banyak kekayaan, dan sebaliknya hidup dalam kekuatiran karena tidak memiliki harta yang cukup untuk menjamin kehidupannya.
Kenyataannya, hidup manusia tidak juga menjadi bahagia dan tenang dengan mengandalkan apa yang dimilikinya. Banyak manusia yang kemudian menyadari bahwa kekayaan justru membuatnya terjatuh dalam berbagai macam penderitaan dan dosa.
Alkitab menceritakan bahwa Bangsa Israel juga sering mengandalkan apa yang mereka lihat sehingga mereka lupa untuk bersyukur dan mengandalkan kuasa serta kasih Tuhan dalam kehidupan mereka. Mereka bersungut-sungut dan menyalahkan Musa dan Harun yang telah memimpin mereka keluar dari Mesir. Mereka bersungut-sungut karena kenyataan bahwa saat itu mereka berada di padang gurun dan tidak melihat makanan. Mereka lupa bahwa Tuhan sudah selalu menolong dan memelihara mereka dengan mujizad-mujizad yang Tuhan nyatakan. Mereka lupa bahwa Tangan Tuhan yang penuh kuasa yang telah membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir. Mereka lupa bahwa Tuhan-lah, melalui Musa dan Harun yang menuntun mereka berjalan menuju “Tanah Yang Dijanjikan Tuhan” untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Sekalipun Bangsa Israel sering lupa akan kasih Tuhan, namun Tuhan sabar menghadapi mereka. Mendengar sungut-sungut dari bangsa Israel, Tuhan mengirimkan kepada mereka burung puyuh dan juga manna. Dengan demikian, setiap senja bangsa Israel bisa makan daging, dan setiap pagi hidup mereka terpelihara dengan makan roti. Peristiwa ini mengajak umat untuk mempercayakan kehidupan bukan kepada apa yang kelihatan, namun kepada pertolongan dan pemeliharaan Tuhan.
Roti (berkat materi) sering kali menjadi tujuan hidup manusia, bahkan ketika mereka datang kepada Tuhan. Hal tersebut yang dilihat oleh Tuhan dalam hati orang-orang yang terus mencari Tuhan Yesus. Mereka ingin selalu dekat dengan Tuhan Yesus bukan karena mereka mencari Tuhan, tetapi karena mereka telah menjadi kenyang oleh roti yang diberikan Tuhan melalui mujizad yang Tuhan kerjakan. Mereka mencari berkat, bukan mencari Tuhan yang adalah sumber dari berkat tersebut. Oleh karena itu, Tuhan Yesus memberi nasehat kepada mereka: “Bekerjalah, bukan untuk makanan yang dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu, sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya” (Matius 6:27). Ada banyak orang bekerja dengan tujuan untuk menumpuk harta sebanyak-banyaknya. Bahkan ada yang rela melakukan banyak kejahatan untuk mendapatkan kekayaan dalam hidup. Bukan kebahagiaan dan kedamaian yang mereka dapatkan, tetapi justru ketakutan, penderitaan, dan kekecewaan. Jika kita mencari Tuhan dan kehendak-Nya dalam kehidupan kita, maka di situlah akan kita rasakan berkat-berkat Tuhan yang mendatangkan kedamaian dan kebahagiaan.