Sabat adalah hari ketujuh atau Hari Sabtu. Hari itu dikuduskanntuk beribadah dan tidak bekerja. Setelah kebangkitan Tuhan, kita beribadah di Hari Minggu. Setelah hari Senin sampai Sabtu kita sibuk dengan pekerjaan masing-masing, di hari Minggu tiba saatnyakita untuk memuji nama Tuhan, mengucap syukur atas penyertaan dan berkat Tuhan yang kita rasakan setiap hari.

Perlu kita ketahui, kenyataan yang terjadi di dalam sebuah peribadahan, masih ada banyak orang Kristen yang beribadah kepada Tuhan secara asal-asalan tanpa disertai sikap hormat dan takut akan Tuhan. 

Hal itu bisa dilihat dari hal-hal simpel:  datang beribadah tidak tepat waktu  (terlambat) dengan di sengaja, masih suka bersenda-gurau saat ibadah berlangsung, bahkan ada yang sambil menggunakan gawai/telepon genggamnya masing-masing untuk keperluan yang tidak ada hubungannya dengan peribadatan.  Kalau kita menyadari akan kehadiran Tuhan kita tidak akan melakukan tindakan-tindakan tersebut.  Ada pula yang beribadah dengan raut muka tetap cemberut dan tidak ada semangat bersekutu dengan Tuhan dan saudara seiman yang lain sama sekali.  Pemazmur mengingatkan,  “Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!”  (Mazmur 100:2).  Ayat nas menyatakan:  bertepuktanganlah, elu-elukanlah Allah dengan sorak sorai.  Artinya kita juga harus beribadah kepada Tuhan dengan sukacita dan penuh semangat.
Mengapa kita harus beribadah kepada Tuhan dengan sukacita?  Karena Tuhan telah menciptakan kita dan tujuan manusia diciptakan adalah untuk memuji, menyembah dan memuliakan Tuhan, karena Allah Tritunggal telah berperan banyak sekali untuk menyelamatkan hidup manusia.

Seperti cerita Rasul Paulus di dalam 2 Korintus 4: 5-12, ingin menunjukkan peranan Allah dalam pelayanannya. Hal itulah yang membuatnya tidak tawar hati. Ia membuat terang-Nya bercahaya dalam hati supaya beroleh pengetahuan  tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus. Paulus merasa kekuatan yang berlimpah-limpah untuk memberitakan Yesus Kristus sebagai Tuhan, adalah berasal dari Allah. Kekuatan dari Allah tersebut selalu tersimpan dan selalu ada dalam dirinya, seperti gambaran harta yang tersimpan dalam bejana tanah liat. Pada zaman Paulus bejana tanah liat digunakan sebagai wadah untuk menyimpan. Sehingga ketika ia dan teman sepelayanannya ditindas, tidak terjepit; ketika habis akal, tidak putus asa;ketika dianiaya, tidak ditinggalkan sendirian; dan ketika dihempaskan, tidak binasa.

Saudara, sudahkah kita menyembah Tuhan dan memuliakan nama-Nya dengan segenap hati dan jiwa sebagai perwujudan dan ibadah kita?  Kita harus bersukacita oleh karena Tuhan telah menebus dosa-dosa kita dan menyelamatkan kita.  Kita bersukacita karena menjadi umat pilihan-Nya.  Kita bersukacita karena Tuhan adalah Gembala Agung dan kita adalah kawanan domba gembalaan-Nya. Kesadaran akan kasih karunia Tuhan yang begitu besar ini seharusnya mendorong kita untuk beribadah kepada-Nya dengan kasih. Sosok yang menjadi objek utama ibadah adalah Tuhan, bukan pendeta atau manusia, maka kita akan beribadah kepada Tuhan dengan sukacita, bukan terpaksa! Amin.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.